Mohon tunggu...
Rifka khoirunnisa
Rifka khoirunnisa Mohon Tunggu... Lainnya - Gadis Kaktus

Perjalanan- Pengalaman - Pembelajaran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Potret Pendidikan di SDN 03 Wringin Anom Malang

19 Maret 2020   09:00 Diperbarui: 19 Maret 2020   09:13 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto Bersama Kepala Sekolah dan Guru)--dokpri

Malang, 22-24 Februari 2020 - SDN 03 Wringin Anom merupakan salah satu sekolah yang terletak di Jalan Raya Besuki Wringin Anom, Desa. Poncokusumo, Malang, Jawa Timur.

Dalam kegiatan PKL dan Study Pengembangan Wawasan PGSD FKIP UHAMKA 2020, mahasiswa/I yang didampingi oleh Bapak Drs. Aslam, M.Pd sebagai salah satu Dosen yang berkesempatan untuk bisa belajar dan mengajar di SDN 03 Wringin Anom. Sekolah ini memiliki 6 kelas dengan jumlah 115 siswa, dimana setiap kelas terdiri dari 15-20 siswa, hal ini dikarenakan kurang tersedianya fasilitas sarana ruangan kelas di sekolah tersebut. Akan tetapi tidak mengurangi semangat siswa untuk belajar.

Halaman sekolah yang cukup luas dengan dikelilingi persawahan dan perkebunan warga, tak lupa keindahan gunung semeru yaitu gunung tertinggi di pulau jawa juga bisa dinikmati langsung dari halaman sekolah. Sayangnya rumput ilalang dihalaman sekolah begitu tinggi sehingga membuat sekolah terlihat menyeramkan dan seperti tidak terawat.

Letaknya yang berada di samping jalan raya yang sering dilalui oleh para wisatawan yang akan mengunjungi tempat-tempat wisata di malang, menjadi kurang tepat rasanya jika SDN ini kurang diperhatikan oleh pemerintah setempat.

Selain itu sarana dan prasarana disekolah yang belum maksimal membuat pembelajaran terlihat pasif dan terkesan kurang inovatif, hal ini dilihat dari belum adanya ruangan perpustakaan sekolah, ruangan lab, ruangan computer, alat olahraga yang masih sedikit, alat peraga atau media pembelajaran yang terbatas, alat tulis yang masih menggunakan kapur, alat kebersihan yang terbatas, kurangnya buku bacaan, belum adanya pembelajaran berbasis digital, seperti belum adanya proyektor dan hal-hal  yang dapat menunjang  keberlangsungan pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas.

Walapun sudah ditetapkannya kurikulum 2013 yang mengharuskan guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran dikelas, di SDN 03 Wringin Anom belum menemukan hal tersebut. Pembelajaran masih dilakukan secara manual dengan media seadanya. Ruangan Guru dan Ruangan Tata Usaha yang masih bergabung, Ruang perpustakaan yang masih bergabung dengan ruangan kelas 4 dan beberapa ruangan yang seharusnya ada disekolah dan sudah ditetapkan dalam kategori sekolah layak pun tidak terlihat. Perpustakaan yang ada hanya dipojokan kelas, yang biasa kita sebut dengan pojok baca, kemudian kantin yang berada dilingkungan sekolah hanya ada satu.

Guru disekolah berjumlah 9 orang dan yang sudah mendapatkan status PNS hanya 2 orang yaitu Kepala Sekolah dan guru olahraga yang masih menjadi Honorer. selain itu Kepala Sekolah juga masih merangkap menjadi Kepala Sekolah di SDN 01 Wringin Anom. Sehingga membuat perkembangan SDN 03 Wringin Anom terlambat.

Berdasarkan wawancara dan pengamatan dalam hal prestasi di SDN 03 Wringin Anom tidaklah terlalu banyak, hal tersebut dapat terlihat dengan hasil piala yang di pajang di ruang kantor. Piala yang dipajang merupakan hasil lomba baik di bidang akademik maupun non akademik pada tahun 2017 - 2018 dan lain-lain.

Bahasa daerah yang kuat di sekolah membuat beberapa siswa SDN 03 Wringin Anom merasakan kesulitan dalam berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia. Ketika kami bertanya kepada beberapa siswa dengan menggunakan bahasa indonesia respon siswa tersebut hanya diam dan nenjawab pertanyaan kami dengan bahasa isyarat atau dengan bahasa tangan. Sebagai contoh kami bertanya terkait jam masuk sekolah. Siswa tersebut hanya menjawab dengan menunjukkan angka tangan yaitu tangan 7 dengan angka. 

Banyak sekali siswa ketika kami bertanya dia hanya diam  bahkan ada siswa yang lari dan tidak menjawab pertanyaan kami. Kami beranggapan bahwa siswa tersebut sulit menjawab pertanyaan kami dengan bahasa indonesia karena siswa sudah terbiasa berkomunikasi dengan teman maupun guru menggunakan bahasa jawa. Sehingga ketika kami bertanya siswa merasa bingung untuk menjawab. Hal tersbut kami lihat dari hasil observasi kami ketika guru menerangkan materi menggunakan bahasa jawa meskipun terkadang diselingi dengan bahasa indonesia namun dominan menjelaskan dengan bahasa jawa. Dengan demikian komunikasi siswa terbiasa menggunakan bahasa jawa

Kedatangan mahasiswa/I PGSD FKIP UHAMKA dihari pertama melakukan observasi terlebih dahulu dengan menggali informasi baik dari guru dan siswa di SDN 03 Wringin Anom. Kemudian beberapa mahasiswa memasuki kelas untuk memperkenalkan diri karena semua siswa akan bertemu kami 2 hari kedepan. Dan beberapa mahasiswa mulai mempersiapkan untuk pembuatan media pembelajaran yang integratif dan penyuluhan cara merawat kebersihan diri untuk hari selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun