Mohon tunggu...
Rifan Zaini
Rifan Zaini Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa/ Sekretaris Dema/ Institut Ilmu Keislaman Annuqayah

menulis karya ilmiah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Demonstrasi Mahasiswa: Hening atau Anarkis?

11 April 2023   14:54 Diperbarui: 11 April 2023   15:12 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era maraknya penggunaan teknologi masa kini, tidak dapat dinafikan bahwa kerapkali ketika ada gerakan aksi demonstrasi dari kalangan mahasiswa aktivitis, selalu saja mendapatkan penilaian buruk dari kaum aktivis mahasiswa, dan masyarakat, mereka mengatakan bahwa gerakan mahasiswa itu anarkis, tidak tahu akhlak, tidak beradab, dan banyak lagi mencaci maki yang dilontarkan. Padahal, sejatinya mahasiswa bergerak atas dasar panggilan hati nurani, karena melihat ketidakadilan masyarakat yang selalu ditindas oleh penguasa.

Penilaian negatif terhadap gerakan mahasiswa yang muncul dari kalangan aktivis mahasiswa ataupun dari kalangan masyarakat bukan lantas sepenuhnya hal ini kesalahan mereka, melainkan semua itu disebabkan oleh pengaruh informasi teknologi dari media massa (pers) yang dikendalikan oleh para oknum penguasa. Media massa yang ada di bawah kendali pemerintah ini yang kerapkali memberikan informasi dengan memutarbalikkan realita di lapangan. Setiap kali ada gerakan aksi demonstrasi mahasiswa untuk melawan ketidakadilan para penguasa, selalu diberitakan dengan bungkus suatu bentuk gerakan anarkisme.

Mungkin saat ini sulit rupanya untuk mencari media massa yang akan berpihak pada rakyat kecil, independensi media massa pada saat sekarang ini sudah diragukan, sebab mereka telah dikuasai oleh para oknum elite politik atau penguasa. Oleh karena itu, mereka sering kali menampilkan hal-hal buruk terhadap gerakan mahasiswa. Dalam hal ini kita bisa melihat ketika ada salah satu gerakan mahasiswa turun ke jalan dalam menyampaikan anspirasi rakyat sebagai sikap terhadap kebijakan pemerintah yang menyeleweng, media massa yang ditayangkan di beberapa media terutama di televisi, media cetak, dan Youtube malah menampilkan wajah mahasiswa yang anarkis dan pembuat kegaduhan, sehingga secara tidak langsung paradigma yang muncul dalam otak aktivis mahasiswa maupun masyarakat terhadap aksi mahasiswa pertama kali penilaian mereka berbau negatif. Padahal, jika berpikir secara kritis, maka tindakan yang telah di lakukan oleh mahasiswa dengan berpayung teriknya matahari adalah wujud dari kesadaran kritis yang mereka miliki.

Maka, tidak heran masyarakat dan popularitas kaum aktivis mahasiswa berpikiran buruk, karena setiap kali mereka lihat di media cetak  terutama di Youtube yang secara instan mereka lihat, demonstrasi-demostrasi yang diberitakan adalah yang berbau anarkis, sementara jika dilihat ke belakang masih begitu banyak kita temui demonstrasi lain dilaksanakan secara damai tanpa anarkis.  namun hal ini tidak terliput di media massa. Begitulah krakteristik media, mereka akan sangat mencintai berita-berita yang sifatnya berbau anarkis, merusak dan berbau konflik daripada demonstrasi damai.

Bisa jadi demonstrasi yang ditanyangkan di media bukanlah demonstrasi yang benar murni dilakukan oleh para mahasiswa, karena demo-demo yang diadakan oleh mahasiswa-mahasiswa adalah demo yang terstruktur dan terkonsep dengan baik, bahkan para mahasiswa ketika  ber- demo tidak lupa selalu mengirim surat pemberitahuan kepada pihak kepolisian sebelum mereka melakukan demo, bahkan sering kali dikawal dan diantarkan dari berangkat pada saat dimokrasi berlangsung sampai selesai. Mahasiswa saat demo sebenarnya hanya ingin menyampaikan aspirasi rakyat, yang dalam hal ini tidak akan menimbulkan demonstrasi anarkis dan merusak beberapa fasilitas umum, karena itu sama saja merusak menyampaikan aspirasi rakyat dan menodai almamater sebagai seorang mahasiswa.

Kaum awan yang tidak mengerti atas demonstrasi mahasiswa akan memunculkan beribu-ribu pertanyaan, mengapa harus melakukan demonstrasi? Apakah tidak ada cara lain selain itu?. Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan ini tentunya sangat bisa. Namun, perlu di ingat bahwa demonstrasi ini merupakan alternatif solusi paling akhir dalam rangkaian memperjuangkan dan menyampaikan aspirasi rakyat. Sebelum demokrasi rangkaian-rangkaian sebelumnya telah dilakukan melalui dialog-dialog kritis dalam ruangan yang tertutup dengan melalui audiensi. Namun lagi-lagi nampaknya melalui dialog ini tidak membuah hasil sempurna dan cenderung mendapatkan respon yang normative, sehingga mahasiswa memilih jalan lain untuk turun ke jalan dan menyuarakan melalui demonstrasi.

 Demonstrasi dilakukan oleh para mahasiswa aktivis hanya untuk memberikan pembelajaran dan rasa kepemilikan serta kepedulian sosial terhadap problem-problem yang ada di negara ini terutama di kalangan mahasiswa. Mereka merasa betul ketika terjun ke lapangan ikut demo, rela panas-panasan, teriak kesana-sini, tidak dibayar sama sekali. Namun, beitu terasa perjuangannya karena yang dibela dan diperjuangkan adalah "aspirasi rakyat kecil".

Dalam sebuah aksi menolak kebijakan penguasa pasti ada kondisi dimana mereka dituntut untuk benturan langsung dengan aparat kepolisian, walaupun hanya sekadar dorong-dorongan dan tendang-tendangan sedikit yang tidak menimbulkan patah tulang. Namun dalam melakukan semcam itu tentu membutuhkan orang yang siap berada di barisan terdepan untuk menjadi tameng. Oleh karena itu mahasiswa yang ada di barisan paling depan itu oleh para demonstran disebut dengan sebutan border, yang dalam hal ini pasti di isi oleh orang yang mempunyai fisik kuat dan besar badannya sehingga bisa diandalkan pada saat dorong-dorongan dengan aparat kepolisian.

Jadi, untuk melawan serangan berita yang membawa dampak negative terhadap aksi mahasiswa yang diliput oleh media-media massa yang ada dibawah kendali pemerintah ialah dengan cara menggunakan media baru sebagai alat Counter attack terhadap beberapa nerasi negatif. Oleh sebab itu dengan menggunakan media baru tentunya harus merdeka dalam segi finansial, agar tidak mempan dengan kegairahan tawaran-tawaran oknum penguasa, sehingga idelisme media baru itu tetap terus terjaga. Wallahu A'lam .  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun