Mohon tunggu...
Rifan Abdul Azis
Rifan Abdul Azis Mohon Tunggu... Penulis - duduak samo randah tagak samo tinggi

duduk sama rendah berdiri sama tinggi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Melihat LGBT Secara Kaffah

29 Januari 2018   22:22 Diperbarui: 29 Januari 2018   22:42 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Itulah kenapa kampanye LGBT di negara Barat bisa dikatakan berhasil karena pada dasarnya pandangan hidup Barat atau pemikiran mereka (sekulerisme) bisa membenarkan perilaku LGBT.

Selain itu juga seks bebas ataupun pergaulan bebas merupakan pintu masuk utama seseorang bisa menjadi LGBT. Mereka yang sudah merasa bosan dengan pasangan seks lawan jenis akan coba-coba atau mencari pemuasan lain dengan seks sesama jenis.

Setelah itu lama-lama LGBT atau hubungan seks sesama jenis menjadi suatu kebiasaan. Pada akhirnya kebiasaan ini menular sebagaimana layaknya sebuah perilaku bisa menular.

Contohnya adalah bila kita berteman dengan orang yang suka mengkonsumsi narkoba, maka ada kemungkinan kita akan meniru perilaku mengkonsumsi narkoba tersebut.

Begitupun dengan perilaku LGBT, bila orang yang sebelumnya normal lalu berteman atau bersentuhan dengan pelaku LGBT maka ada kemungkinan orang tersebut akan meniru dan menerima perilaku LGBT tersebut.

Penularan dan penerimaan perilaku ini akan berjalan mulus bila tidak ada hambatan. Hambatan utama penularan dan penerimaan perilaku LGBT adalah pemikiran yang sehat (benar) tentang hidup dan akal yang masih normal.

Maka dari itu pemikiran yang rusak tentang hidup (sekulerisme) sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya merupakan bagian penting kampanye untuk penularan dan penerimaan perilaku LGBT.

Dari cara pandang yang kaffah inilah seharusnya kita melihat LGBT. Yaitu cara pandang yang diawali dari suatu hal yang mendasar, yakni melihat dan menilai pemikiran atau pandangan hidup yang melandasi diterimanya perilaku LGBT.

Sekulerisme sendiri memang dipropagandakan oleh Barat keseluruh dunia. Maka dari itu ketika kita membicarakan LGBT kita harus paham pemikiran ini. Baik ketika kita berada di forum-forum ataupun ketika hendak menghukumi perilaku LGBT. Itu semua agar kita bisa memproteksi diri dan akal dari propaganda sekulerisme.

Pemikiran yang rusak ini (sekulerisme) bisa saja terselip atau diselipkan dengan cover yang berbeda-beda. Misalnya ketika ada seorang LGBT mengutip ayat al-Qur'an yang menurutnya membolehkan LGBT. Sudah pasti pendapatnya tersebut sesat karena dilandasi oleh sekulerisme dan bukan dilandasi oleh Islam, ayat al-Quran hanya dijadikannya sebagai dalih.

Selain memahami pemikiran yang rusak (sekulerisme) untuk memproteksi diri dan menjaga akal, kita jagu harus mengetahui pemikiran yang benar tentang hidup agar proteksi kita menjadi sangat kuat dan tidak mudah goyah ketika diserang pemikiran yang menyimpang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun