Mohon tunggu...
Rif Anuddin
Rif Anuddin Mohon Tunggu... Guru - Penulis, Guru

Guru. Pengkaji bahasa dan pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strategi Metakognitif: Apa, Mengapa, dan Bagaimana?

18 September 2021   08:30 Diperbarui: 18 September 2021   08:39 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Strategi metakognitif merupakan istilah yang bagi banyak orang adalah istilah yang tidak asing. Namun, banyak juga yang tidak familiar dengan istilah ini, bahkan bagi sejumlah guru, padahal bisa jadi guru-guru tersebut telah lama menerapkannya di ruang kelas dalam pengajarannya, hanya saja belum mengenal istilahnya saja. Ulasan singkat kali ini mencoba membahas apa itu strategi metakognitif, mengapa hal ini penting untuk dipahami dan diterapkan, dan bagaimana cara melatih strategi metakognitif kepada peserta didik di kelas. Tulisan ini diupayakan agar mudah dipahami serta dapat memberikan penyadaran kepada pembaca tentang mengapa hal ini krusial, dan dapat diterapkan secara praktis di ruang kelas.

Secara konsep, istilah metakognisi mengacu pada kemampuan seseorang untuk memikirkan tentang cara berpikir atau belajarnya (thinking about thinking). Cross dan Paris (1988) mendefinisikan metakognisi sebagai pengetahuan dan kontrol yang dimiliki oleh seseorang terhadap cara berpikirnya atau aktifitas belajarnya. Dalam arti lain, metakognisi adalah kemampuan pembelajar (learner) dalam merencanakan, mengontrol, mengevaluasi, dan merefleksi cara belajarnya sehingga menemukan strategi yang efektif untuk belajar secara mandiri dan mampu memformulasikan tujuan dan langkah-langkah yang akan diambil untuk pembelajaran lebih lanjut. Seorang pembelajar dengan kemampuan metakognitif yang baik akan dapat memprediksi sejauh mana mereka dapat memahami apa yang mereka pelajari dan apa yang harus dilakukan agar pembelajaran mereka lebih efektif. Dengan pemaparan makna metakognisi tersebut diatas, maka apa yang dimaksud dengan strategi metakognitif adalah strategi atau langkah-langkah dalam melatih seseorang untuk membiasakan belajar dengan mengedepankan metakognisi. Strategi metakognitif melatih seseorang dalam belajar dengan mengedepankan Higher Order Thinking Skills dalam skema pembelajaran reflektif.

Contoh sederhana dimana siswa dianggap mampu menggunakan strategi metakognitif dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: siswa A dan B diminta untuk menyusun sebuah teks naratif dalam bahasa Inggris. Siswa A kesulitan untuk memulai teksnya sementara siswa B mulai menulis dengan menerapkan struktur dan fitur kebahasaan teks naratif secara sistematis sebagaimana yang telah dipelajari. Siswa A kemudian mencoba merefleksikan apa yang menyebabkannya kebingungan untuk memulai dan akhirnya menemukan kendala yang dia hadapi yaitu belum memahami struktur dan fitur kebahasaan teks naratif. Dalam mempelajari struktur teks, siswa A kemudian mencoba merefleksikan kembali teks-teks narasi berupa legenda-legenda nusantara populer, cerita-cerita yang pernah dia dengar dan lainnya kemudian mengaitkannya dengan struktur teks yang pernah diajarkan oleh gurunya di kelas. Tidak hanya sampai disitu, siswa A menemukan bahwa cara yang lebih efektif dalam memahami teks naratif adalah dengan mengidentifikasi teks-teks sejenis lainnya dan menjadikannya sebagai model teks yang dapat dia ikuti sebagai pedoman penulisannya. Lebih lanjut, siswa A berpikir bahwa masing-masing teks memiliki kompleksitas perbendaharaan kata yang berbeda sehingga dia memutuskan untuk mencari teks naratif sejenis misalnya legenda-legenda nusantara yang memiliki kesamaan fitur. Contoh diatas menunjukkan siswa A telah mampu menggunakan strategi metakognitif dalam pembelajaran dimana dia mampu mengidentifikasi kesulitannya, menemukan pemecahan masalah, merefleksi dan mengevaluasi, dan menyusun road map pembelajaran yang akan dia jalankan untuk dapat menyusun teks naratif.

Dalam lingkup pembelajaran di sekolah, strategi metakognitif sangatlah penting untuk diterapkan. Sejumlah penelitian membuktikan bahwa mengajar strategi metakognitif mampu meningkatkan performa belajar siswa dengan hasil yang positif (National Research Council, 1999). Anak yang sejak dini dilatih menggunakan strategi metakognitif menunjukkan hasil yang positif dalam kaitannya dengan hasil belajar dan adaptabilitas mereka baik di sekolah maupun di luar sekolah. Selain itu, menerapkan strategi metakognitif dapat menjadikan seseorang menjadi pembelajar mandiri dan pelajar sepanjang hayat. Strategi metakognitif mampu melatih pembelajar untuk mentransfer atau mengaplikasikan apa yang telah dipelajari pada konteks yang berbeda. Dengan strategi metakognitif, seseorang menjadi mampu mengukur keterbatasannya, apa yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah yang ia hadapi, kemudian menyusun strategi belajar yang sesuai dengan gaya belajarnya secara mandiri sehingga hasil belajarnya dapat berakselerasi bahkan melampaui hasil mereka yang hanya berlandaskan pada strategi kognitif seperti menghafal, mnemonic, dan seterusnya. Sebagai guru yang konsisten melatih strategi metakognitif pada siswa, kita tidak akan mendengar siswa berkata 'Saya tidak mengerti' akan tetapi lebih pada 'Mengapa dan bagaimana cara agar saya mengerti'.

Penjelasan diatas terdengar klise, naif, dan normatif. Bahkan banyak yang bersikap skeptis dan menganggap melatih strategi metakognitif sangat sulit diterapkan di kelas dengan kondisi lingkungan belajar dan sederet permasalahan pendidikan kita di Indonesia. Padahal pada kenyataanya, melatih strategi metakognitif dapat dilakukan dengan langkah-langkah sederhana. Pada intinya adalah membiasakan pembelajaran yang fokus pada pemecahan masalah, berorientasi proses, dan pembelajaran reflektif. Mengapa pembelajaran reflektif? Karena pembelajaran reflektif merupakan level tertinggi dalam strategi metakognitif (Perkins, 1992). Langkah-langkah sederhana yang bisa dilakukan diantaranya sebagai berikut:

1. Pre-assessment (Self Assessment)

Guru menulis beberapa pertanyaan terkait materi sebelumnya, minta siswa untuk menuliskan pada selembar kertas tanpa menulis nama. Pertanyaan terkait tentang topik, kendala, tantangan, penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Minta siswa untuk mendiskusikan mengapa kendala muncul, pemecahan masalahnya, dan apa yang akan dilakukan jika berada pada situasi yang sama.

2. Jurnal Refleksi

Setiap akhir pembelajaran, siswa diminta menulis refleksi singkat dengan pertanyaan-pertanyaan panduan seperti apa yang sudah dipelajari, apa yang belum dimengerti, mengapa tidak dipahami, apa yang perlu dilakukan untuk selanjutnya, bagaimana perasaannya ketika memperlajari materi tersebut, dan seterusnya.

3. Model KWL 

KWL singkatan dari (Know, Want to learn, Learned). Langkah-langkahnya adalah pada awal pembelajaran siswa diminta membuat tabel yang berisi 3 kolom yang berisi Apa yang diketahui (Know), Apa yang ingin dipelajari (Want), Apa yang telah dipelajari (Learned). Diawal pembelajaran siswa mengisi kolom Know dan Want. Selanjutnya, pada akhir pembelajaran, minta siswa untuk merefleksikan apa yang sudah dipelajari di kolom Apa yang sudah dipelajari (Learned).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun