Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kakap Goreng di Sejumput Selera

14 Oktober 2019   07:40 Diperbarui: 14 Oktober 2019   09:43 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Aroma kakap membakar penggorengan, bumbu dari langit, dari dasar bumi, menggulir seperti ekar, pertemanan kepala dan ekor, di atas pinggan itu datar, lezat benar genap dan bundar, lautan selera, savana meja makan.

Tak kau lihat cedera bumbu tak sama, nikmat bincang dalam suara sengau, pertemanan terkadang suka, tak jarang luka meja makan, dia tentu saja tak sungkan sumbang aroma, arom kakap tentu saja mahal, di sela pasar amisnya dijual.

Bincang-bincang tentang kakap, asam manis lebih nikmat, goreng garing bersama sejumput terasi, atau pindang kepala kakap.

Rasa tak ada yang abadi, teman terkadang tak sejati, setebal kulit ari, rangkulan menjelma sikutan, mana lebih nikmat berebut meja makan sang kakap, tapi tetap saja ode itu berlaku, tak ada makan siang gratis, apalagi untuk seekor kakap berharga mahal. Tiba-tiba aku ingin pindang teri, sekadar kotori gigi.

Ujung Kata, 1019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun