Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Para Penikmat Kretek Bisa Bernapas Lega

20 September 2019   11:01 Diperbarui: 20 September 2019   11:11 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : istalker

Pemerintah menetapkan untuk menaikkan cukai rokok 2020. Banyak penikmat  asap ini ketar-ketir. Apalagi profesi penulis rata-rata komunitas asbak rokok. Bagaimana dengan penghasilan Senin-Kamis, sebaliknya harga-harga meroket, ternyata terimbas juga ke harga pemroduksi asap ini.

Bagaimana imajinasi seorang penulis bisa mengalir, kalau mobilisasi asap nikmat itu tersendat?  Apalagi bukan hanya penulis, pekerja lain juga, terkadang tanpa asap nikmat, mereka seperti mati gaya. 

Hitung-hitungan antara kebutuhan rumah tangga dan si asap ini, menjadi diperketat. Dulu, biasanya dua bungkus sehari. Setelah itu sebungkus sehari. Setelah itu lagi setengah bungkus sehari. Bagaimana kalau 2020 ini terpaksa sebatang sehari? Mana tahan! Kalau nekat tetap berasap setiap saat, siap-siap kalau piring terbang lebih sering hadir di rumah.

Meskipun harga rokok naik, tapi tetap saja para peladang tembakau tidak dapat menikmati imbasnya. Pada Rabu (18/9) saja telah terjadi demonstrasi  di depan kantor DPRD Pamekasan, Jawa Timur. Pasalnya tidak jauh-jauh dari murahnya harga beli tembakau. 

Pabrik membeli tembakau seharga RP. 28 ribu per kilogram. Harga di tingkat petani lebih rendah lagi. Alih-alih dengan harga tembakau rendah akan membuatnya laris-manis, malah tidak sedikit petani yang tembakaunya tidak laku. (Sumber)

Melihat kondisi ini, akankah penikmat asap akan ikutan demonstrasi kelak di 2020, karena harga rokok meningkat?  Kebutuhan satu ini bukan lagi kebutuhan sekunder atau untuk senang-senang saja, tapi rokok sudah menjadi kebutuhan primer. Tanpa rokok banyak orang akan mati gaya.

Tapi penikmat asap ini perlu bertenang hati. Karena di saat kabut asap (bukan rokok) semakin kental menutup langit beberapa wilayah di Indonesia, bahkan beberapa wilayah di negeri tetangga, hati perlu dibuat lebih adem. Jangan pula sampai asap tumbuh di kepala. 

Pemerintah akan memberikan keringanan cukai untuk rokok kretek. Sementara untuk rokok filter, dan (mungkin) rokok putih berada pada kinaikan cukai lebih tinggi. Hal ini mengingat,  rokok filter (rokok putih) dikerjakan oleh pabrikan atau rata-rata diolah oleh mesin. Sedangkan rokok kretek rata-rata diolah memakai orang atau tangan manusia.

Sebenarnya ada solusi yang bisa dipilih perokok, yang imbasnya tentu saja akan lebih mensejahterakan petani tembakau. Hal ini tentu kalau para penikmat rokok tidak malu kembali ke alam. Budayakan kembali kebiasan merokok cara nenek moyang, yakni dengan merokok daun nipah. Cuma resiko merokok dengan daun nipah (plus tembakau), juga sebelas dua belas dengan rokok kretek, dibutuhkan kehati-hatian lebih tinggi. 

Karena pakaian perokok daun nipah maupun  kretek, cenderung akan lebih sering bolong terkena percikan api. Tapi itu tadi, harus lebih hati-hati merokok dengan jenis itu. 

Kalau begitu, sudah siap beralih dari rokok putih atau filter ke rokok kretek atau daun nipah? Ingatlah,  dengan merokok kretek atau daun nipah akan lebih menyentuh kalangan bawah ketimbang kalangan atas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun