Siska tertunduk. Misno meraih tangan kanan Siska. Dia genggamkan kalung itu. "Bolehkah aku mengalungkannya?" Siska tak menjawab. Namun dia membalikkan badan. Misno mengalungkan cintanya di leher perempuan itu. Terkadang cinta tak hanya dikatakan, tapi perlu pembuktian.
Bibah, Luna dan Siska
Pada awal ketiga sejoli ini menginjakkan kaki di desa Mpok Nari, telah tertanam tekad di benak mereka, bahwa tak akan lama-lama mereka tinggal di desa sialan itu. Selesai tugas, mereka akan hengkang kembali ke kota.Â
Tapi sampai sepuluh tahun kemudian, mereka tetap berada di desa itu, dan masing-masing sudah memiliki seorang anak.  Bersama Paijo, Bibah beternak ayam. Mereka mengusai pasar unggas di desa itu. Luna dan Parkijo sekarang berjualan ponsel, karena tak perlu lagi  mereka mencari sinyal setelah ada tiga tower berdiri di situ, dari tiga provider besar. Akan hal Misno dan Siska, berbisnis angkutan desa. Sekarang sudah ada jembatan yang menghubungkan desa dengan ibukota kecamatan.Â
Sementara di gerbang masuk ke desa itu berdiri megah sebuah puskemas bernama Puskemas Mpok Nari. Â Di situlah pekerjaan utama Bibah, Luna dan Siska.
---sekian---