Bukan main senangnya Ja Limbat karena diajak ayahnya ke kota Deli (pen; Medan). Hampir seluruh kawannya di Lopo Sapengkek (pen; lepau sebaya) mengantar mereka ke rumah makan Selamat, tempat biasa bis ALS menunggu penumpang.Wak Midah, sengaja memberi lima bungkus alame (pen; dodol) duren sebagai oleh-oleh ke Deli.Â
Tak tanggung-tanggung, Mizan memberikan tembakau dan daun nipah bekal Ja Sulaiman biar mulutnya tak pahit. Akan halnya Edy, gulai ikan mas dari hotel Nagara pula buah tangannya. Yang lain pun demikian.Â
"Kami kayak diantar mau berangkat haji saja," seloroh Ja Limbat. Padahal rencana di Deli, hanya seminggu, mengadiri pesta pernikahan anak kawan dekat Ja Sulaiman.
"Jangan lupa kau bawa tanah dari Deli sebagai oleh-oleh. Boleh pula ada panggilan ke Deli untukku berjualan tembakau."Mizan tertawa.
"Bukan kau minta dibawakan air laut dari Pantai Cermin? Kau ingin melihat air berkelahi, kan?"Laut yang berkelahi itu pernah diceritakan Ja Limbat di Lopo Sapangkek.Semua orang tertawa. Laut berkelahi itu maksud Ja Limbat adalah ombak.
Ketika Ja Limbat akhirnya ditelan bis besar itu, semua kawannya melambai seolah melepas kekasih pergi ke negeri jauh. Ja Sulaiman menggeleng-geleng, ketika melihat Ja Limbat mulai mual.
 "Tidur saja, Ja Limbat. Bis baru berjalan, kau sudah mual," katanya sambil mengangsurkan kantong plastik.Tapi, ketika sopir memutar kaset lagu Mandailing, hilang pula mual Ja Limbat. Dia bernyanyi-nyanyi kecil mengikuti lagu itu.Pintar juga sopir itu mengobati perut mual Ja Limbat.
Taklah sampai lima belas jam, setelah melewati jalan yang macet karena berlobang, dan ada truck tronton besar terpinggir, tibalah mereka di Deli. Besarnya Deli itu membuat Ja Limbat beberapa kali berdecak kagum.Â
Dia permisi kepada Ja Sulaiman, "Lama betul jemputan kita, membuat perutku lapar. Aku mau ke rumah makan itu, Yah? Wah, besar rumah makan itu. Kalah hotel Nagara si Edy."
"Kau ini ada-ada saja! Mahal makanan di situ. Nanti saja di rumah teman ayah." Ja Sulaiman menyuruh anaknya bersabar.Tapi, Ja Limbat menolak. Dia setengah berlari menyeberang jalan. Ada juga dia duit pemberian Wak Midah, sebagai upah menjual duren di pasar Kotanopan.