Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemenang Itu Bukan Mau Menang Sendiri

20 Agustus 2019   08:55 Diperbarui: 20 Agustus 2019   09:03 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumberi ilustrasi : pixabay

Apakah kamu pernah memikirkan untuk menjadi pemenang? Siapa saja mungkin ingin menjadi pemenang. Hanya orang yang sudah kehilangan semangat hidup saja yang memupus rasa ingin menang itu. Rasa ingin menang itu manusiawi. Fitrah manusia dari sananya. Kecuali rasa ingin menang sendiri atau ingin tetap dibenarkan.

Mempunyai keluarga atau sahabat yang ingin menang sendiri memang cukup menjengkelkan. Ketika melihat salah orang lain, sontak mulutnya runcing. Tak perlu hubungan keluarga. Tak hirau hubungan sahabat. Yang penting, kesalahan orang lain tak terimbas ke dirinya pribadi.

Lain halnya ketika salah itu terletak padanya, maka sekali saja orang mengatakan bahwa dia salah, segera pula mulutnya membenarkan apa yang dia perbuat. 

Tak perduli anggapan orang sifatnya jelek. Tak perduli anggapan orang bahwa dia tak mau dinasehati. Yang penting dia selalu berprinsip nomor 1 "kamu tetap salah" . Nomor 2 "kalau aku salah, kembali ke nomor 1". Pusing tujuh keliling kan mempunyai kawan seperti ini?

Jadi, bagaimana agar kita tak senewen dan ikut-ikutan "gila" melihat tingkah-laku keluarga atau sahabat kita yang mau menang sendiri?

Pertama, kamu jangan terlalu terbuka kepada orang yang mau menang sendiri. Apabila sampai aib keluarga atau diri sendiri kamu umbar kepadanya, maka ketika ada perselisihan dengan orang yang mau menang sendiri itu, cerita aib itu akan menjadi bumerang. Terserah dia langsung membalikkan kisah aib itu kepadamu, atau menceritakan aib itu kepada orang lain.

Kedua, pada tabiatnya orang yang mau menang sendiri ini suka bercerita atau lebih tepat makanan sehari-harinya adalah bergosip. Memang lebih baik meninggalkannya ketika dia mulai dengan bercerita. Tapi, dengan meninggalkannya begitu saja, sudah barang tentu menyulut api permusuhan. 

Jadi, diam saja dan dengarkan. Usahakan apa yang dia ceritakan itu masuk kuping kanan, keluar kuping kiri. Jangan sekali-kali menimpali, karena itu membuat dia semakin seru bercerita, dan membuat kamu terlibat dosa menggunjing yang seharusnya bisa dihindari.

Ketiga, abaikan saja kehadiran orang tersebut. Ibaratnya say hello saja, sekadar basa-basi. Usahakan jangan sampai memancing dia mengumbar kejelekan orang lain.

Keempat, apabila timbul intrik dengannya, ingatlah jangan sampai terbawa emosi. Karena orang yang mau menang sendiri, biasanya adrenalinnya terpacu bila orang yang diajaknya intrik itu melawan atau menentang.

Kelima, selalu bertekad agar orang yang mau menang sendiri itu jangan sampai diajak bercerita, kecuali untuk keperluan-keperluan kecil saja, misalnya menanyakannya di mana anu dan di mana si anu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun