Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Teman-teman Buaya

19 Agustus 2019   12:03 Diperbarui: 19 Agustus 2019   12:09 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

temanku temanteman buaya
beradu malam dalam aduk kartu
beradu pula minuman mabuk
terkapar mati hati mencaci kapuk
bergelut busuk dalam setimpuk gelisah
dalam lenguh gitar menyentil kisah
menyingkap bangun di segala tingkap
duhai, taklah hati berurai sembab
pada cerita yang ditulis Tuhan-nya
dalam gelap berilah  pelita
setitik dian terangkan jiwa
bahwa langkah ke depan terbuka
langkah tiada penjara paksa
tersebab malam-malam kabut
menunggu pagi yang kusut
mata-mata memerah
dalam sangka tak berarah

temanku temanteman buaya
mengudap nasi tanpa membaca
semua harus menulis syair realita
di sini waktu tak terpiara

bagaimana pula bisa berkata
bila semua hanya sendawa?

temanku temanteman buaya
menganga mulut sok jawara
makan angin angan-angan
mengapung napas berbau menyan
kapankah tahu jalan pulang
entahlah kaki menuju hilang
tak pelak pula
ajal mendatang
menagih janji pada nyanyi, kartu remi
dan seloki kunci yang parang

Ujung Kata, 819

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun