Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bait-bait

14 Agustus 2019   13:00 Diperbarui: 14 Agustus 2019   13:11 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: pixabay

istriku mencuci bait-bait Tuhan
dalam pakaiannya ketika bertemu
sang tuan besar di meja kecil
di sudut kafe dengan lampu yang kerdil
mata yang mengecil serta seulas senyum
mungil

suaminya ini menyeterika bait-bait Tuhan
dalam pakaian dalamnya ketika bersua
sang nyonya besar di kamar kecil
di sudut lorong yang dekil dengan lampu mungil
mata memejam serta napas menajam
lenguh yang gigil

tapi istriku tak menemukan cara
mencuci bait-bait Tuhan
tapi suaminya ini tak menemukan metode menyeterika bait-bait Tuhan

bait ada di setiap alur benang yang menjadi kain
menjadi gaun menjadi harga seorang wanita

bait ada di setiap alur benang yang menjadi kain
menjadi pakaian dalam menjadi pembayar seorang pria

bait-bait itu tetap mengental melebihi tinta
melebihi getah melebihi cat yang mewarnai dinding
dunia

bait-bait itu tetap menujum langkah menghitung setiap desah
setiap pecah setiap basah

istriku mencuci bait-bait Tuhan
suaminya ini menyetrika pakaian dalam
setelah singgah di persuaan yang kaku
di muka hakim kami berkata, "Bersedia
berpisah sampai pungguk memeluk bulan."

Ujung Kata, 819

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun