Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Halte

2 Agustus 2019   08:05 Diperbarui: 5 Agustus 2019   18:09 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi:Pixabay

"Jadi kenapa? Kau telah berhenti di halte menyeramkan itu!"

Aku melajukan bus kencang, lebih kencang lagi. Her mengibaskan tangan. Pepohon dan seluruh rumah-rumah di pinggir jalan, saling berkejaran ke belakang.

* * *

Sebuah bus berlabel Harum Wangi terperosok di sebuah jurang. Seluruh penumpang, termasuk awak bus dinyatakan tewas. Sekilas aku ingat sekian saat lalu, wajah Martini tiba-tiba menempel di kaca depan bus. Kemudian semua berpusing bagaikan pusaran air. Aku dapat melihat jelas mayat-mayat bergelimpangan dari sini. 

Aku melihat polisi lalu lintas sedemikian sibuk menghalau massa yang mengerubung. Sungguh aku jelas-jelas melihat mereka. Tapi mereka sama sekali tak melihatku.

---sekian---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun