Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Keterusterangan Menjaga Keutuhan Cintaku

16 Juli 2019   14:59 Diperbarui: 16 Juli 2019   15:16 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: pixabay

Begitulah, meski rekan-rekan kerja bercerita tentang gosip ini-itu berkaitan dengan Edo, aku hanya menanggapinya dengan santai. Mereka terheran-heran, dan memintaku jangan menyesal bila ternyata pacarku itu memang suka bermain api.

Hampir dua tahun kami berpacaran, Edo tak lagi menyinggung-nyinggung rencana melamarku. Aku was-was, termasuk kedua orangtuaku. Ada ketakutan di hati kami masing-masing bahwa Edo memang tak berniat memperistriku. Bahkan ibuku kemudian memberikan usul agar aku mencari calon suami yang baru.  Karena mengingat usiaku yang sudah tak muda lagi.

Ternyata kami semua salah terka. Saat kami was-was, tiba-tiba tanpa memberitahuku, Edo dan kedua orangtuanya datang ke rumah hendak merencanakan acara lamar-lamaran, nikah dan menentukan hari pestanya. Bukan main senangnya hatiku. Kata Edo, "Ini kejutan yang membahagiakan!"

Kemudian semua berlangsung sukses. Aku dan Edo mulai mengarungi lautan kehidupan dengan perahu bernama keluarga yang semoga kuat menerjang kerasnya ombak yang menghantam. Saat itulah kurasakan betapa besar cinta Edo kepadaku, melebihi besar cintanya pada saat kami berpacaran. Dia memperlakukanku ibarat ratu.

Hampir delapan bulan usia pernikahan kami, prahara sontak menerjang. Edo mulai sering pulang larut malam. Kerap pula ke luar kota, dan menginap di sana. Isu yang sampai ke telingaku, dia ada main dengan seorang perempuan koleganya. Jelas saja hatiku miris.

Hingga di suatu malam saat Edo baru pulang kerja, aku mengajaknya berbincang serius. Kutanyakan apakah dia ada main di luar sana, atau tetap menjadi suami yang setia. Dia menanggapiku dengan senyum dikulum. Katanya dia tak pernah ada main di luar sana. Bahkan sebagai pembuktian ucapannya itu, besok paginya sang kolega itu dibawanya menghadapku. Dan aku tertawa senang. Rupanya dia adalah Inge (nama samaran) yang masih ada hubungan kekerabatan dengan ibuku.

Sejak itulah aku selalu mempercayai Edo. Begitu ada isu miring tentang pergaulannya di luar rumah, aku selalu memintanya berterusterang. Kenyataannya sampai saat ini hubungan kami aman-aman saja. Ach, ternyata apa pun kata orang, meski itu ramalan bintang yang tak bagus, yang menentukan baik-buruknya hidup kita adalah kita sendiri.

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun