Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dongeng Persahabatan Manusia dan Nyamuk

21 Juni 2019   06:38 Diperbarui: 21 Juni 2019   16:12 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Pada zaman dahulu manusia dan nyamuk adalah sepasang sahabat akrab. Nyamuk setiap hari bertamu ke rumah manusia untuk mengambil darah kotor. Dia menghisap darah kotor itu, dan dijadikan makanan.

Semakin hari semakin  banyak jumlah manusia dan nyamuk. Mereka dari satu generasi ke generasi lain mengecil sampai mencapai titik terkecil agar tetap bisa tinggal berdampingan.

Tapi, manusia yang serakah, setiap hari berusaha mengambil wilayah nyamuk.

"Muk, manusia semakin banyak. Kami minta wilayahmu, ya," kata manusia.

"Baiklah," jawab nyamuk.

Dari tahun ke tahun nyamuk yang tinggal di semak-semak semakin tersingkir. Sebab makanan mereka darah,  mereka tidak bisa pindah jauh-jauh dari manusia.

"Muk,  manusia semakin banyak. Kami minta wiliayahmu, ya?" Begitulah manusia pelan-pelan menyingkirkan nyamuk, sehingga perlu diadakan rapat dadakan.

Akhirnya, setelah rapat dadakan itu, diambil kesepakatan  bahwa manusia tinggal di darat dan nyamuk tinggal di air.

Awalnya nyamuk tinggal  di tempat air manusia, seperti gentong, bak dan lain-lain. Mereka hidup tenteram dari tahun ke tahun.

Belakangan manusia merasa terganggu karena hidup satu rumah dengan nyamuk. Manusia pun pelan-pelan mengusir sahabat kecilnya itu dengan membersihkan tempat air sehingga telor dan anak-anak nyamuk banyak mati.

Manusia dan nyamuk mulai sering bertengkar. Nyamuk kesal. Mereka memilih tinggal di air kotor yang tak mungkin digunakan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun