Aku  lupa menanam 100 tunas di hatimu. Seharusnya aku berhasil menjadi batang penyangga cita, dahan dan ranting mengajari daun menyapih putik menjadi buah cinta.Â
Padahal aku ingin menumbuhkan 100 pohon cinta yang memagar senja, agar aku bisa menghirup oksigen. Tapi aku hanya bisa membakar ribuan batang karbon  yang memayung telaga rahmat. Apakah aku wajar mencinta? Mudah bagiku mengatakan cinta. Sulit bagiku mendapatkannya.
Seharusnya ketika kau katakan senja semakin menua, kita sedang menikmati semburat jingga. Anak-anak menggapai mimpi 100 harap, melabuhkan jutaan terima kasih dari air mata, yang menyerap suka.
100 kata itu belum berhasil kujadikan 100 pohon cinta, liang luka semakin nganga.
---