Merayu pohon meranggas di belakang rumah, aku kehilangaan teduh dusun, dari debu-debu pengganjal mata, aku selalu lupa menyimpan oksigen, saat pagi membuka jendela, embun sisa malam tak sempat singgah meretas daun, rindu ini menggulung.
Seperti hati-hati meranggas, tak ada sisa humus pupuk persahabatan, tanah liat, tanah gurun, semua menanam lalang, pada daunnya berharap naung, ketika serakah digaung, kesejukan dilarung.
Bersama memupuk jalan, tumbuh cepat membunuh tanah, larut pula kenangan pada genang lumpur, genang air hujan tak punya jalan, liar nian mencari korban.
Mengurung akar, pada gulung ajar, tak hendak belajar, ketika makar hujan, membiarkan amarah ditakar, melulu terbakar, di lamun liar.
Ujungakar062019