Jalan-jalan kota, menjadi poranda, setelah hati nurani dijual paksa, dalam jantung ada kuasa, pada detak detak penjagal, air mata diseret magma, di jalan terjal, sesama pejalan, menyalak angin pagi, kota menggonggongi mereka, selama sahur aku kehilangan cita rasa.
Kehilangan cita rasa, saudara dihajar cedera, di singgasana suara tertawa membahana, mengubur nurani, pencarian rencana, yang kelak menabur setiap mata, menjadi matahari, membakar air mata, juga suara suara yang bekerja dalam senyap.
Aku lupa meletakkan kaca mata, kerikil canda menggarami sahur kata, ketika syair kehilangan rima, orang orang kehilangan mata, mata pencarian menukar saudara dengan harta, ketika aku mengudap makna, tanpa irama, bergegas fajar menyingsingkan rasa, aku luka.
Ujungakar052019