Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Koridor Rumah Sakit

26 April 2019   16:26 Diperbarui: 26 April 2019   16:52 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Dalam kekalutan pikiran, Bao sekonyong muncul. Dia tak banyak berbicara selain mengeluarkan belati dari pinggangnya sebelah kiri. Dihunjamnya perut Piah berkali-kali. Perempuan itu berkelojotan, lalu mati. Kemudian Bao beralih menatapku. Dia menghunjamkan belati berulang-ulang kepadaku. Tapi aku tetap sanggup berdiri. Aku tetap lapang bernapas. Hingga Bao kehabisan akal dan menjerit. Sebuah hantaman darinya, sontak membuatku terjatuh. Dunia gelap. Lampu-lampu koridor seolah padam.

* * *

Orang-orang yang berbincang cukup ramai itu, membuatku tersadar. Tapi aku tak bisa membuka mata, selain menggerak-gerakkan jemari tangan begitu perlahan.

"Aku menemukannya di koridor rumah sakit. Dia pingsan," ucap seseorang.

"Bagaimana kondisi pasien di sal H yang akan disuntiknya," kata yang lain.

"Sehat-sehat saja. Dia langsung disuntik suster Mery ketika Pipit ditemukan pingsan." Orang yang berbicara pertama kali, menjawab tegas.

Aku akhirnya dapat membuka mata. Kutatap sesosok perawat yang ternyata Luri. Kuceritakan dengan perlahan kepadanya tentang pertemananku dengan Bao dan Piah. Juga tentang kejadian pembunuhan menyeramkan itu. Luri langsung terbelalak. Begitu pula perawat-perawat yang mengelilingiku. Mereka mengatakan, bahwa Bao dan Piah memang pernah bekerja di rumah sakit itu. 

Tapi dulu sekali. Mungkin sekitar lima-enam bulan lalu. Keduanya ditemukan tewas di koridor rumah sakit dengan beberapa luka tusukan di bagian dada. Menurut saksi mata, mereka bertengkar dan saling menusuk mempergunakan dua buah belati. "Kami tak tahu apa asal-muasal pertengkaran mereka. Yang pasti, mereka sudah lama meninggal."

Aku tiba-tiba pingsan lagi. Tentunya bukan karena mendengar cerita mereka. Melainkan disebabkan sepasang kepala yang tiba-tiba muncul di balik jendela. Kepala Piah dan Bao yang penuh lumuran darah.

Setelah itu, kuputuskan berhenti menjadi perawat. Tapi aku tetap berada di rumah sakit sampai sekarang. Aku tak memiliki pekerjaan selain berkeliaran di koridornya ketika malam benar-benar sepi. Terkadang bersama Bao, terkadang bersama Piah. Ya, mungkin tebakanmu benar. Aku sekarang adalah sesosok hantu. Karena setelah pingsan ketika melihat kemunculan sepasang kepala Piah dan Bao di balik jendela beberapa waktu lalu, aku tak bangun-bangun lagi. Hingga sekarang,  aku terkubur di jalan kamboja. 

Oya, tapi kau jangat takut. Aku tak akan mengganggumu ketika malam-malam melintas di koridor rumah sakit itu. Karena setelah membaca tulisan tanganku ini, artinya kita telah berteman.

---sekian---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun