Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kiplik

20 Maret 2019   16:29 Diperbarui: 20 Maret 2019   16:30 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kiplik!"

Aku tersentak. Kepalaku seperti berkelontangan. Cahaya hangat menyambar wajah, dan memaksaku perlahan membuka mata. Tak ada sesiapa, selain bau amis dan debur ombak. Di langit, lautan burung mempermainkan cahaya matahari. 

Hai, burung Siberia! Aku terperangah. Gembira. Ini bulan Oktober-kah? Aku melompat kegirangan. Segera kudekati gelisah ombak yang menjangkau pantai. Kuhamburkan air laut ke arah burung-burung. Betapa surga dunia bisa kulihat! Beragam rupa burung. Beragam warna seolah mengimbangi pelangi.

Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku. Burung-burung menghambur dan hilang. Bau amis masih terasa. Debur ombak menghilang, berganti desah air sungai yang berjalan lamban.

Aku kembali ke dunia nyata. Terbaring di pinggiran sungai Musi dengan sekaleng lem tanpa isi. Rul, orang yang menepuk pundakku, meringis.

"Sudah pagi!" katanya.

"Iya!" jawabku malas-malasan.

"Ngamen lagi, yok!" Dia berdiri sempoyongan.

"Sebentar lagi. Tubuhku masih terasa luluh-lantak." Kepalaku kembali berkelontangan. Mataku penuh kunang-kunang. Segala berputar. Kupilih memejamkan mata sambil membiarkan Rul pergi dengan dengusan kesal.

* * *

Namaku Kiplik. Umurku hampir dua puluh tujuh tahun. Aku lahir dan besar di Sungsang. Ya, supaya kau tahu, hidupku selalu akrab dengan amis pantai dan ikan. Aku juga berkerabat dekat dengan burung-burung Siberia yang selalu merubung hebat setiap bulan Oktober.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun