Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Legenda Itu Membuat Mereka Bertahan

25 Februari 2019   00:58 Diperbarui: 25 Februari 2019   02:33 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sekumpulan monyet Patra Jaya (Dok. Pribadi)

Begitu kau menapakkan kaki ke tempat ini, tak ada ada yang istimewa. Selain Stadion Patra Jaya dingin, menggunduk seperti batu. Stadion yang sebelumnya base camp Palembang FC dan sekarang sedang mati suri itu, kini sangat minim kegiatan. Paling tidak hanya dijadikan lahan permainan sepak bola dadakan dengan rumput ala kadarnya di dalam stadion. Atau terkadang diselenggarakan bazar dan mungkin kegiatan seni lain di luarnya.

Tapi saya tidak ingin terlalu dalam membicarakan lokasi yang terletak di kecamatan Seberang Ulu II,  kota Palembang ini. Mari kita melongok sejenak suasana senja, terutama Sabtu dan Minggu, ketika tempat ini tidak jarang dijadikan warga sekitar sebagai destinasi jalan-jalan bersama sanak-keluarga, atau para ibu yang sengaja membawa anaknya agar mudah disuapi makan. "Um, makan ya, Nak. Itu, Nak, monyetnya kuat makan." Kira-kira demikian yang terlontar dari mulut sebagian para ibu.

Ya, tak salah lagi, tujuan orang ke tempat ini adalah sekadar melihat sekumpulan monyet yang hidup dengan damai. Para monyet tak akan menggangu, kecuali menadah tangan ketika kau memberikan sejumput kacang atau makanan lainnya. Mereka juga tak hirau andai kau tak membawa makanan apa-apa.

Melihat sekumpulan monyet di tengah rutinitas manusia, menjadi sangat menarik. Para monyet tidak merasa asing dan takut pada manusia, juga segala hal yang menyertainya. Bila tak ada pengunjung di seputaran Stadion Patra Jaya, para monyet akan bermain di pinggir jalan. Kau mungkin berpikir mereka akan mengganggu. Sama sekali tidak. Pedagang bebas menjajakan barang dagangannya di situ, mulai dari mainan anak dan pernak-pernik lain. Terlebih aneh, pedagang yang berjualan buah-buahan semacam pisang, pun sama sekali tak was-was. Manusia dan monyet sepertinya sudah kenal dekat, saling memahami.

Supaya kau tahu, monyet di tempat ini selalu dalam kondisi damai. Tak ada seorang pun yang berani mengganggu mereka, meskipun itu bisa dijadikan uang. Misalnya menculik monyet seekor-dua.

salah seekor pemimpin monyet (Dok. Pribadi)
salah seekor pemimpin monyet (Dok. Pribadi)
Legenda tentang monyet yang tertanam di benak mereka, telah membuat orang Palembang, bahkan kaum datangan tak berani macam-macam. Para monyet bebas menyeberang jalan dengan arus mobil zigzag. Pengemudi dengan  sabar mengerem mobil, lalu membiarkan monyet menyeberang aman sebagaimana bersikap kepada anak-anak pulang sekolah. Hal inilah yang membuat komunitas monyet tetap eksis dan tanpa sadar menjadi icon daerah Stadion Patra Jaya, pun Perumahan Pertamina Bagus Kuning. Kalaupun monyet mengacak-acak infentaris warga sekitar, mutlak karena si monyet terpisah dari komunitasnya dan sedang lapar berat, sehingga tabiat aslinya muncul.

Konon keberadaan monyet di Patra Jaya dan sekitaran Bagus Kuning, dipercaya masyarakat setempatan bukan hanya kebetulan semata. Mereka diyakini sebagai hulu balang penjaga kuburan Ratu Bagus Kuning yang merupakan penyebar agama Islam di Kesultanan Palembang pada abad ke-16. 

Awal Ratu Bagus Kuning ekspansi ke wilayah Plaju, dia berhadapan dengan sekumpulan siluman monyet  yang melakukan perlawanan terhadapnya. Saat akan bertempur, terikat perjanjian bahwa apabila siluman monyet kalah maka mereka akan menjadi hulu balang Ratu Bagus Kuning. Hingga sekarang Ratu sudah disemayamkan di Patra Jaya selama ratusan tahun, tetap saja para monyet setia menjaga kuburannya.

Dikabarkan jumlah monyet yang menjaga kuburan Ratu Bagus Kuning itu berjumlah 41 ekor. Tidak lebih, juga tidak kurang. Hanya saja kalau sudah di luar pemakaman, maka jumlah monyet itu tidak sama lagi.

Kelompok monyet yang berada di daerah tersebut ada 2. Satu komunitas monyet Patra Jaya, dan komunitas lainnya monyet Bagus Kuning. Anehnya, kalau mereka bertemu, maka tak jarang berujung pertarungan. Sekali lagi, pengaruh legenda tentang siluman monyet inilah yang tetap mempertahankan keeksisannya di wilyayah kecamatan Seberang Ulu II dan Plaju Palembang. 

Sehubungan keberadaan sekumpulan monyet ini belum dijadikan asset wisata yang harus dikelola secara serius, maka ke depan semoga pihak pemerintah Palembang memikirkannya. Asset wisata sudah tersedia. Tinggal memolesnya agar lebih menarik.

---0o0o0o0---

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun