Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kami yang Terlupa

9 Februari 2019   09:17 Diperbarui: 9 Februari 2019   09:43 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : steemit.com

Kami terpelanting dari kata-kata yang terjulur dari ular lidah bercabang dua, karena kami sekali waktu dihantarkan ke peraduan, singgasana seperti tak kesudahan, hari-hari limpahan eksotis bulan dan bintang. Sekali waktu pula dihempaskan ke kerak kesusahan, seumpama sampah paling sampah, dan air mata mustahil dibarter kasihan.

Kami tak kuasa dicincang bimbang, meskipun kau tumbuh di pohon-pohon, kau payungi kami dari angkasa. Seolah kami tak kuasa atas cahaya.

Apatis ditanam, dipupuk dengan duka cita, caci maki seakan lalap keharusan untuk sebuah perjamuan.

Kami sudah kehilangan nafas manusia. Kami telah melupakan tangan yang terulur. Ketika harapan adalah api yang membakar permusuhan, api yang melunaskan jiwa fana, terlupa.

Ref. Foto : pixabay

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun