Mohon tunggu...
Rifan Bilaldi
Rifan Bilaldi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Indraprasta PGRI. Pendidikan adalah gerbang harapan dan bahasa adalah kunci pendidikan. Kita harus menjunjung tinggi pendidikan, pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia

Yuk! Tingkatkan kualitas pendidikan dan mengenal serta belajar bahasa Indonesia untuk menambah pengetahuan dan wawasan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berbagi Pengalaman dan Tips Mengenai Masalah Skripsi

1 September 2021   23:22 Diperbarui: 2 September 2021   09:45 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu September 2021. Saya tidak tahu apa yang mau saya tik dalam artikel ini, setelah sekian lama saya tak menulis artikel, tepatnya sekitar empat bulan lamanya.

Menulis artikel harus saya tinggalkan demi fokus menuntaskan perjuangan yang telah saya mulai empat tahun lalu, yaitu kuliah. Setelah empat tahun lalu saya memutuskan untuk kuliah, akhirnya tuntas sudah perjuangan saya selama empat tahun lamanya.

Rasa ingin memulai kembali menulis artikel di dalam diri saya sangat menggebu, tetapi alhasil saya tak bisa sama sekali memulainya, jari jemari begitu kaku, pikiran tak terfokus, tema, konten apa yang mau saya bahas pun tidak ada. Saya mengalami buntu dalam menulis. Sebab, pikiran saya masih terpatri dengan sebuah satu kata yang selalu menghantui setiap mahasiswa akhir S1 ialah skripsi.

Akhirnya, saya menutuskan untuk vakum sementara dalam menulis artikel dengan maksud agar saya fokus terhadap tujuan utama saya, yaitu menyelesaikan skripsi. Pengerjaan skripsi dimulai. Tahap demi tahap dilalui, dengan proses yang cukup menguras pikiran dan tenaga. Kertas putih HVS yang dicoret menandakan bahwa saya harus memperbaikinya.

Pengerjaan skripsi pada masa pandemi menjadi suatu tantangan tersendiri, yang bisa dibilang cukup sulit, ribet, dan banyak kendala. Namun, semua itu bukan suatu harapan yang diinginkan oleh dosen maupun mahasiswa, tetapi memang keadaan ini adalah musibah bersama.

Pengerjaan skripsi pada masa pandemi yang saya lakukan cukup menggores yang menjadikan sebuah kenangan, yang kelak akan menjadi cikal bakal sebuah cerita untuk memotivasi semangat anak muda dikemudian hari.

Proses pengerjaan skripsi yang saya lakukan, dimulai dari bimbingan ke daerah kaki Gunung Salak selama tiga kali dan perjalanan yang ditempuh dari Jakarta Timur menuju tempat TBM Lentera Pustaka wilayah kaki Gunung Salak selama dua jam perjalanan. Selain itu, bimbingan dikombinasikan dengan media Zoom sebanyak dua kali, lalu berpindah ke salah satu tempat kafe kopi dan diakhiri dengan bimbingan serta sidang di rumah dosen pembimbing saya.

Semua itu penuh cerita, kesan, dan sangat bernilai. Jadi, skripsi yang dikerjakan pun bukan hanya semata-mata sebagai syarat kelulusan mencapai gelar sarjana, melainkan ada banyak cerita dan kesan di dalamnya yang sangat berharga.

Sebelumnya, pada saya belum sampai pada titik akhir perkuliahan, saya sering mendengarkan dari berbagai narasumber yang menyatakan dan berkata bahwa skripsi sulit, bisa bikin stres, dan lain-lainnya yang menyeramkan. Setelah saya terjun langsung dan merasakannya sendiri, ya memang sulit, tetapi sulit itu bisa pudar apabila kita sungguh-sungguh.

Saya pun juga pernah mendapatkan pertanyaan "Ya, itu kan kalo dosennya enak, gimana kalau enggak enak." Saya jawab sekaligus memberinya dia tips.

  • PERTAMA, sesulit-sulitnya skripsi, segalak, seribet, serewel apapun dosen pembimbing kita, kalau kita pantang menyerah, ikuti apa yang dosen pembimbing mau, betulkan subtansi kesalahan yang diberikan, ikuti arahannya, pasti dosen akan menyetujui dan menandatangani skripsi kalian.
  • KEDUA, jangan pernah meremehkan tenggat waktu yang diberikan, semakin kalian leha-leha, maka kalian akan semakin terdesak dalam mengerjakan skripsi. Alhasil, kalian akan mengatakan, "stres gua ngerjain skripsi, udah buntu, dan lain-lainnya."

Stres yang dialami para skripsiwan/skripsiwarti. Disebabkan oleh, kurangnya motivasi, rendahnya sumber bacaan sehingga kehabisan referensi, hasilnya bingung harus menulis apa, terlalu santai, dan menganggap remeh. Itulah masalah yang sering dihadapi oleh para mahasiswa tingkat akhir yang sering ditemui dan banyak dialami. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun