Mohon tunggu...
Putra Bolmut
Putra Bolmut Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Makar

17 Juli 2017   03:14 Diperbarui: 17 Juli 2017   11:49 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di lain hari ia kembali bicara di telpon "Berapa?…Segera!"

Ia menutup panggilannya dan bilang:

"Min… untuk menang selalu samarkan maksudmu. Skak!

Di hari-hari itu ia melihat bagaimana kelompok kelompok oposisi mulai bermasalah secara hukum. Yang paling terbaru adalah bagaimana seorang pemimpin oposisi ditangkap. Terungkap bahwa dia pernah bekerja sebagai mucikari penyedia jasa bagi pria hidung belang yang berminat terhadap nenek-nenek. Ini pasti kerjaan Elix Mana. Geram rasanya mengingat nama itu. Tapi Ia kembali dalam kesibukannya : berbicara sebentar di telpon dan meng-skakmat sekuritinya.

Tapi suatu hari ia tak lagi bicara di telpon. Ia tampak fokus betul pada papan catur. Hari itu lawannya bukan lagi sekuritinyanya.

"Min… bikinkan teh hijau yang dari Jepang itu." Cahyadi membuka suara setelah beberapa menit diam - konsentrasi, memikirkan batu catur mana yang harus digesernya.

Sternya baru diambil oleh sang lawan. Lawannya berkata:

"Pak Cahyadi…dengan uang, anda bisa melatih kuda untuk memporak-porandakan musuh anda. Tapi dalam kehidupan nyata ada kemungkinan kuda itu berbalik menjadi liar dan menyerang Anda. Yang bisa memberi saya uang bukan hanya Anda. Kenapa saya harus mengikuti rencana Anda?

Cahyadi menarik nafas panjang. Dan berkata.

"Kalau Elix sukses dengan operasi ini, tak ada yang dapat menghalanginya menjadi pasangan Presiden di pemilihan raya sebentar lagi. Bila dia berhasil, anda sebagai wakilnya pasti dijanjikan posisi kepala polisi. Betulkan? Saya tahu itu. Tapi menurut saya, mengapa tidak saja anda yang menjadi pasangan presiden? Saya bisa mengaturnya

Ia mengambil bidak catur lawan. Menggeser bidak kudanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun