Mohon tunggu...
rifa nabilaramadhani
rifa nabilaramadhani Mohon Tunggu... Akuntan - it just me my self and i

hai there, welcome

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesiapan Menikah, Bekal Menuju Pernikahan Bahagia

15 Juni 2021   11:04 Diperbarui: 15 Juni 2021   11:19 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketika memutuskan untuk menikah, tentunya kita membangun harapan dan ekspektasi tentang sebuah keluarga yang bahagia dan sejahtera. Dewasa ini angka pernikahan terus meningkat setiap harinya, namun juga tidak dipungkiri, angka perceraian pun ikut melambung bersamaan. Hal tersebut tentunya bersebrangan dengan cita-cita keluarga bahagia dan sejahtera yang diharapkan. 

Mengapa hal tersebut terjadi? Tentunya berbagai hal dapat menjadi penyebabnya, namun salah satu yang pasti adalah karena kurangnya persiapan dan bekal untuk menghadapi kehidupan rumah tangga. Individu yang akan menikah perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup mengenai pernikahan, karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap berlangsungnya kehidupan berumah tangga kelak dimana individu menginginkan pernikahan yang berhasil. 

Hal tersebut juga berarti individu telah memiliki kesiapan menikah yang baik. Kesiapan menikah merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi resiko terjadinya perceraian (Kim, dalam Sari, Khasanah & Sartika, 2016), serta dapat mencapai kepuasan dan kesejahteraan pernikahan (Holman & Li, 1997). Semakin dini kesiapan menikah dilakukan, maka akan semakin siap individu menghadapi pernikahan (Carroll dkk., 2009).

Apa itu Kesiapan Menikah?

Berbicara mengenai kesiapan menikah biasanya akan identik dengan persiapan calon pasangan, persiapan acara, persiapan pesta, dan lainnya. Namun lebih dari itu, menunjukkan suatu ungkapan yang terkait dengan persiapan apa yang harus dilakukan individu sebelum mereka menikah, namun tidak hanya itu tetapi juga apa yang diyakini individu yang membuat mereka siap untuk menikah. 

Kesiapan menikah menurut Duvall dan Miller (1985) adalah keadaan siap atau bersedia dalam berhubungan dengan pasangan, siap menerima tanggung jawab sebagai suami atau istri, siap terlibat dalam hubungan seksual, siap mengatur keluarga, dan siap mengasuh anak. Selain itu, kesiapan menikah merupakan sebuah kesiapan dasar yang dilakukan individu untuk menikah seperti memutuskan dengan siapa ia akan menikah, kapan dan dimana, alasan ia harus menikah, serta apa yang harus dilakukan setelah menikah (Larson dan Lamont, 2005). 

Kesiapan menikah akan membantu meningkatkan kemampuan individu dalam mengatasi konflik, berkomunikasi dengan baik, serta meningkatkan kemampuan finansial dan kemampuan mental (Tsania, Sunarti & Krisnatuti, 2015). Lebih lanjut, kesiapan menikah berdasarkan sudut pandang dewasa awal juga berkaitan dengan proses pengembangan kompetensi interpersonal, membuat keputusan, serta hal-hal lainnya yang berkaitan dengan diri individu.

Kesiapan Pernikahan yang Perlu Diperhatikan 

Mempersiapkan pernikahan sangat penting untuk hubungan yang sehat dan berkembang. Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kesiapan menikah pada seseorang. Menurut Walgito (2000), kesiapan memasuki dunia pernikahan dipengaruhi oleh faktor fisiologis (berkaitan dengan 3 hal yaitu segi kesehatan, keturunan, dan sexual fitness), faktor sosial ekonomi, faktor agama dan kepercayaan, serta faktor psikologis. Melansir halaman Siap Nikah yang dinaungi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), terdapat 5 kesiapan yang harus dipenuhi sebelum seorang individu menikah.

  • Kesiapan Usia, Pertama, sebelum memutuskan untuk menikah pastikan bahwa kamu sudah siap secara usia. Usia ideal seseorang menikah bagi laki-laki ialah minimal 25 tahun dan minimal 21 tahun bagi perempuan. Menurut Arnett (2015), usia ideal untuk menikah adalah usia lebih dari 20 tahun dalam rentang 20-30 tahun, yaitu pada tahap dewasa awal.
  • Kesiapan Fisik, Secara biologis dari segi fisik, laki-laki ataupun perempuan harus melakukan persiapan menikah mencakupi penjagaan kondisi fisik serta pengalaman seksual (Carroll, dkk, 2009).
  • Kesiapan Mental, Kesiapan mental meliputi Pernikahan akan menuntut fluktuasi emosi pada kedua pasangan. Berdasarkan hasil penelitian Nurpratiwi (2010), kematangan emosi dan usia saat menikah yang matang akan menghasilkan kepuasan pernikahan yang baik pula. Seseorang yang memiliki kematangan dan kestabilan emosi akan mampu berpikir dewasa dalam menghadapi permasalahan dan rintangan rumah tangga yang menghampiri.
  • Kesiapan Finansial, Keuangan nyatanya memainkan peran yang sangat kuat dalam pernikahan. Kebutuhan sehari-hari, persiapan kehamilan, perawatan anak, hingga biaya pendidikan anak haruslah dipersiapkan dengan matang. Kesiapan finansial bukan berarti harus mapan dan kaya raya, namun memiliki perencanaan dan sumber penghasilan, sehingga mampu bertanggung jawab dan mandiri secara finansial.
  • Kesiapan Menjadi Orangtua, Salah satu tujuan dari pernikahan adalah melahirkan keturunan. Menjadi orangtua adalah proses pembelajaran yang panjang, bahkan tidak berhenti saat anak telah dewasa.

Bagaimana tandanya jika kamu benar-benar siap untuk menikah?

Untuk memiliki pernikahan yang berhasil, kita harus yakin bahwa kita sudah siap untuk melakukan perjalanan pernikahan tersebut. Hal tersebut melibatkan pengetahuan tentang siapa diri kita, bakat, kelemahan, minat, nilai, dan harapan-harapan kita. Dari pengetahuan ini akan muncul jawaban apakah kamu telah benar-benar siap untuk menikah dan berkomitmen dengan bebas dan gembira dengan pasangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun