Partitur hujan, bait berantakan, kami kehilangan makna puisi, tak ada kesejukan, uap menjelma retakan, ke mana lagi berharap rangkulan, rangkulan berjarak oleh kepentingan, hanya keluhan menggema, air semakin tinggi memakan kecemasan, lupa selama ini hujan dijerang, didih genderang, kebencian semakin terang, kami lupa menghitung setiap tetesan, seakan jarum menusuk tumbuhan,tapi tanah gersang sebagai tipuan, hasutan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!