Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - Menebus bait

Karyawan swasta dan penulis. Menulis sejak 1989 sampai sekarang

Selanjutnya

Tutup

Humor

Segumpal Biru, Asmara Pak Rata

3 Desember 2019   23:12 Diperbarui: 3 Desember 2019   23:18 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Pak Rata hari ini lumayan aneh. Rumahnya yang berwarna kuning, tiba-tiba membiru seperti habis dijotos. Kaca jendelanya juga berwarna biru. Jangan- jangan celana dalamnya berwarna biru? Apakah giginya juga dipoles biru?

"Aku sedang jatuh cinta," kata Pak Rata berbunga-bunga, bunga berwarna biru.

"Apa hubungannya," protes Mang Julur gapal alias gagal paham.

"Laut berwarna biru artinya karena dalam, kan? Maka begitulah dalam cintaku kepada janda yang tinggal di pinggir kali itu."

Mang Julur manggut-manggut. Tapi dia kembali protes, "Nah, langit berwarna biru itu karena jauh, kan? Artinya muka lu jauh karena tak mungkin dia kau miliki. Hidung perempuan itu mancung. Sedangkan hidungmu rata alias mancung ke dalam. Hanya ini dan ini yang mancung," ledek Mang Julur sambil menyentuh perut dan gigi Pak Rata. 

Tak ingin matanya dijotos dan berwarna biru, Mang Julur berlari tunggang-langgang.

Sesaat dia melupakan pasal biru-membiru itu. Tapi dia terkejut luar biasa melihat leher Bik Nah biru. Jangan-jangan tabiat Pak Rata dan bini Mang Julur sama. 

Mereka pasti selingkuh! Batin Mang Julur.
Hanya saja dia bisa bernapas lega. Bininya itu ternyata sakit gondongan. Kata kakek-nenek, obatnya belau. Entah kenapa bubuk warna biru itu disebut belau, bukan biru. Atau sekalian beliau.

Sambil mesem-mesem, Mang Julur menuju dapur. Dia membuka tudung saji, dan berteriak ketakutan melihat terong. Padahal terong berwarna ungu,  bukan biru. Tapi baginya warna itu senada. Kalau wajahnya dijotos, warnanya akan biru keungu-unguan. Hlah, penggatal satu ini menjadi fobia biru, meski sebenarnya dia takut bininya selingkuh dengan Pak Rata.

Sendal-sendal istrinya yang berwarna biru, dia taruh ke gudang. Bahkan layangan anaknya yang berwarna biru dia buang ke tong sampah.

Mang Julur tambah panas hati ketika melihat daster putih yang baru dia belikan (sebenarnya baru lima tahun) ternyata sudah menjelma biru. Dia pun mengamuk di malam buta.

Istrinya mencoba menjelaskan kronologisnya. Daster putih itu ingin Bik Nah belau agar putihnya cerah. Tapi karena keasyikan menggosip dengan tetangga, dia salah karena bubuk yang dia kira belau,  eh ternyata wanteg, akhirnya setelah direndam seharian, daster itu tewas.

Tapi Mang Julur akan mendapat kejutan. Bik Nah baru saja membeli jilbab. Jilbabnya berwarna biru, pilihan Pak Rata.

Belum sempat Bik Nah bercerita panjang kali lebar, Mang Julur keburu pingsan. Kasihan lakinya itu, apakah dia tak tahu Pak Rata sebenarnya penjual jilbab?

----sekian----

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun