Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - Menebus bait

Karyawan swasta dan penulis. Menulis sejak 1989 sampai sekarang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sederhana yang Dirindukan

9 November 2019   13:26 Diperbarui: 9 November 2019   13:31 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: pixabay

Entah kenapa dia tetiba memelukmu sambil sesunggukan. Istrinya yang cantik dan dibanggakannya ke mana-mana itu, ternyata hanya cantik di luar, berulat di dalam. 

Dia mempercayai kesetiaan istrinya seratus persen. Padahal selangkah saja dia meninggalkan rumah, dia telah kehilangan marwah seorang istri. Tadi malam saat pulang dari luar kota, dia menemukan istrinya tengah bergelut dengan seorang lelaki.

"Aku sangat tak percaya dia tega melakukan itu, setelah apa yang kulakukan selama ini. Dan tambah tak percaya, dia malahan menganggap apa yang diperbuatnya biasa-biasa saja." Ruhum menyeka air matanya.

Hampir tiga jam kalian berbincang. Kau memutuskan pulang ke rumah. Ruhum mengajuk turut serta. Kalian sampai di rumahmu sekitar pukul satu dini hari. Setiap Sabtu malam, kemacetan di kotamu semakin gila-gilaan.

Ruhum terkejut melihat Ratmi dengan mata mengantuk langsung menyambut dengan dua gelas  susu hangat. Setengah jam kemudian Ratmi mengatakan masakan sudah dihangatkan. Lalu dia kembali tidur.

Kau dan Ruhum makan dengan lahap. Nasi di baskom hampir tandas. Ruhum bersendawa. Dia berbisik mengatakan kau harus hati-hati.

"Hati-hati kenapa?" Kau tertawa sumbang.

"Hati-hati kalau istrimu kugaet. Baru sekali ini setelah menikah, aku makan dengan sangat lahap," canda Ruhum. Wajah kusutnya seakan sirna.

Meskipun kawanmu itu hanya bercanda, tetiba kau menjadi risau. Kau mulai berkomitmen menjaga Ratmi dengan sepenuh cintamu. Kau baru merasa mendapat anugerah dari Tuhan, istri yang cantik luar dalam. Sungguh, kau sangat terlambat bersyukur. Tapi dari pada tidak pernah bersyukur, tentu lebih baik terlambat.

0h, ya.  Sebelum saya lupa, saya ingin mengucapkan selamat atas kelahiran anak kalian yang ketiga. Tunggu hadiah dariku. Ini rahasia lho.

Asia, 091119

---sekian---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun