Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - Menebus bait

Karyawan swasta dan penulis. Menulis sejak 1989 sampai sekarang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sederhana yang Dirindukan

9 November 2019   13:26 Diperbarui: 9 November 2019   13:31 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: pixabay

Kau bagai congekan karena si ayah mertua terus-terusan memuji anaknya. Selain istrimu lihay memasak, dia juga bisa mengurus anak. Bukankah sekarang mereka sedang belajar? Mereka juga penurut, tidak pernah membantah orangtua. Selain itu mereka selalu rangking di sekolahnya. Sementara cucu si ayah mertua yang lain bukan main durhakanya kepada orangtua. Hari-hari mereka selalu disibukkan game online. Alhasil urusan sekolah mereka jeblok.

Andai lelaki tua itu tidak cepat minggat dari rumahmu, mungkin kepalamu bisa pecah. Bullshit untuk setiap ucapannya! 

Sekiranya istrimu pembangkang, kau sudah punya senjata untuk mence... Ah, jangan sampai. Itu terlalu kejam. Pilihan terbaik adalah menghadiahinya madu.

Kau tersenyum nakal. Kau selalu teringat seorang penjual pecel yang tubuhnya rata-rata maju---kecuali giginya---pun pikirannya sangat maju urusan cinta, membuatmu kesengsem. Apakah dia berhasil mengulek hatimu? Atau, ya aku tahu, kau tergoda pada goyangannya saat menyiapkan pecel pesananmu.

Tapi kau amat terkejut ketika Ruhum mengundangmu ke suatu club malam. Lebih terkejut lagi ketika melihat wajahnya yang kusut. Dia sangat kacau. 

Setahu kamu proyek-proyeknya belakangan ini selalu berhasil. Pundi-pundi hartanya di berbagai bank selalu meningkat setiap waktu. Lalu apa yang membuatnya gundah? Dia juga memiliki istri modis yang berhasil merawat kecantikannya. Istri yang nyaris sempurna.  Lalu apa yang membuatnya kacau?

Kau coba mengorek  rahasia yang dia sembunyikan. Namun ketimbang mengungkapkan rahasia kegundahan itu, dia malahan menyuruh kamu duduk.

"Siapa nama istrimu?" Dia bertanya serius. Kau setengah heran menyebutkan nama istrimu. "Ya, Ratmi. Nama yang katamu kampungan. Nama yang mengutuk istrimu sehingga hanya faham dapur dan meja makan."

Kau tersenyum. Mengira Ruhum hanya bercanda. Namun tatapannya serius. Dia mengucapkan selamat kepadamu. Untuk apa, ya?

"Beruntunglah kau memiliki istri yang nyaris sempurna. Tidak seperti istriku," lanjutnya.

"Istrimu yang super cantik itu? Ah, kau mengada-ada, Um."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun