Mohon tunggu...
Tankulava
Tankulava Mohon Tunggu... Guru - Rifai el-Carbon

Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN-SU

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Arti Sebuah Ikatan

8 September 2020   18:21 Diperbarui: 8 September 2020   18:07 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Tankulava News

Shin dan Syim dua orang pemuda dengan julukan  "Dua Mata Pedang" yang mashur dikalangan anak-anak, remaja, dan dewasa. Mereka dijuluki dengan Dua Mata Pedang karena tingkat keahliannya dalam menggunakan pedang yang mampu menandingi orang dewasa bahkan guru mereka sendiri. Seluruh anggota geng takut mendengar nama mereka dan berhadapan langsung dengan mereka.

Shin dan Syim adalah dua sahabat yang tidak bisa dipisahkan, meskipun dari clan yang berbeda mereka sudah seperti saudara kembar kemanapun selalu bersama. Sangat jarang orang bertemu dengan seorang saja diantara mereka berdua. Mereka dipertemukan di Akademi Teijutsu yang berada di negri itu. Berbeda dengan pemuda lain, mereka memiliki penderitaan dan rasa sakit yang sama. Yaitu anak yatim piatu yang tinggal dipanti asuhan kota tersebut, orang tua mereka meninggal pada perang dunia kedua.

Sayangnya kebersamaan dan persahabatan mereka tinggal kenangan semata semenjak di Akademik. Persahabatan yang telah lama dibina pupus begitu saja akibat rasa cemburu yang mendalam.  Mereka berdua memang ahli dalam menggunakan pedang, namun Shin lebih  ceras dan tanggap dalam memberikan solusi dari setiap permasalahn. begitu juga dengan rancangan strategi perangnya sangat layak dicoba, akibat kecerdasannya negara mereka mampu memenangkan beberapa perang kecil. Itulah alasan yang diketahui Syim kenapa Raja negri itu lebih memilih Shin sebagai Jendral Komando perang sekaligus pengawal istana. Yang paling Syim kesalkan kenapa ia tidak diikutsertakan, karena dalam keadaan apapun mereka selalu bersama.

Meskipun Shin tinggal di Istana kerajaan, tiap minggu sekali ia tetap datang menjenguk Syim dan membawakan sedikit oleh-oleh istana. Namun silih bergantinya waktu sikap Syim semakin jauh berubah, tidak seperti dirinya yang dulu lagi.

"Ada apa denganmu Syim? Apa kau baik-baik saja" Tanya Shin. Syim hanya terdiam berdiri menatapi kerumunan orang dari belakang jendela rumahnya. "Coba ceritakan masalahmu padaku. Bukankah dulu kau sangat suka bercerita padaku" sambung Shin.

"Hhmmh... dulu ya, waktu terasa begitu cepat berubah teman" terdiam sejenak "Dengar baik-baik Shin, aku akan membuktikan padamu kalau akujuga layak memimmpin pasukan perang yang banyak" sambung Syim setelah lama tediam.

Jawaban Syim membuat suasana menjadi tegang dan menjadikan pembicaraan menjadi hening lagi. "itu adalah ambisi yang bagus Syim, tapi pasukan perang mana yang kau maksud itu". Sahut Shin berusaha merubah keheningan ruangan itu.

Syim hanya diam saja tidak menjawab sepatah katapun bahkan tidak mau melihat sahabatnya yang sedang berbicara itu. Syim hanya memandangi kerumunan orang yang berjalan di kota kecil itu dan bersikap acuh kepada Shin sahabat karibnya.

"Baiklah Syim, sepertinya hari sudah mulai gelap, aku pamit pulang keistana dulu. Jaga dirimu baik-baik sahabatku. Oh ya sepertinya minggu depan aku tidak bisa mengunjungimu karena raja memintaku menemaninya ke negri Limatox. Satu hal lagi, aku akan terus berdoa agar ambisimu dapat kau capai". Ucap Shin bangkit dari tempat duduknya meninggalkan Syim berjalan melewati pintu rumah dan menaiki kuda putihnya.

Setelah lama tidak bertemu karana Shin sibuk dengan urusannya, sesampainya di tempat tinggal Syim, dia tidak berada disitu dan rumah itu kelihatan telah lama ditinggalkan. Shin masuk memastikan, ia melihat sudah banyak sarang laba-laba pertanda sudah lama ditinggalkan.

"Lapor jendaral, istana kita diserang kelompotan pemberontak Ozuma" Kata seorang prajurit terbaik yang menghampiri Shin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun