Mohon tunggu...
Rieka Yusuf
Rieka Yusuf Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Memiliki ketertarikan dalam jurnalistik, media, kiasan, dan origami.

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Keterampilan Softskill dan Hardskill dalam Literasi Digital

30 Juni 2020   15:33 Diperbarui: 30 Juni 2020   16:04 2812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi literasi digital (Sumber: https://ngpl.ca/digital-literacy/ )

Dilansir dari liputan6.com, melalui website https://sensus.bps.go.id masyarakat bisa melakukan sensus penduduk secara digital. Berdasarkan tujuannya, sensus ini diharapkan akan memangkas proses panjang dari pelaksanaan sensus langsung yang dilakukan oleh pihak pemerintahan. Meski memiliki tujuan, namun masih ada masyarakat yang kontra terhadap sensus secara digital. Terutama masyarakat yang tidak terlalu bergantung dengan kehidupan digital ataupun internet bahkan merasa pengisian data secara daring terkesan merepotkan.

Pemanfaatan teknologi berbasis digital juga merambah pada bidang ekonomi. Keberadaan marketplace besar dimanfaatkan berbagai pihak untuk memperoleh keuntungan dengan cara yang efisien. Dilansir Katadata.co.id, data e-Marketer menunjukkan bahwa transaksi e-commerce Indonesia mencapai Rp25,1 Triliun pada 2014 dan naik menjadi Rp69,8 triliun pada 2017, dengan kurs rupiah Rp13.200 per dolar Amerika. Begitu pula pada 2018, nilai perdagangan digital Indonesia akan terus naik menjadi Rp144,1 triliun. Pemanfaatan dengan berbagai tujuan di bidang ekonomi ini tentu membutuhkan literasi digital. Para pelaku usaha maupun konsumen membutuhkan kemampuan dan pengetahuan mengenai e-commerce dan bagaimana mengaksesnya. Tentu, kegiatan tersebut juga diiringi penggunaan negatif oleh oknum tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, kemampuan serta pemahaman mengenai dunia ekonomi digital juga diperlukan.

Kemudahan dalam berkomunikasi sebagai dampak dari perkembangan teknologi juga diiringi pertumbuhan sosial basis digital atau biasa digunakannya media sosial berbagai platform. Berdasarkan riset yang dilakukan We are Social Hootsuite yang rilis pada Januari 2019, pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150 juta atau sebesar 56% dari total populasi. 

Sementara pengguna media sosial mobile (gadget) mencapai 130 juta atau sekitar 48% dari populasi penduduk. Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang, media sosial yang penggunaannya tidak terkontrol menjadi salah satu faktor mudahnya penyebaran hoaks. Pemahaman mengenai media sosial, serta mengelola informasi yang didapat dari media sosial sangat dibutuhkan. Jika tidak diiringi dengan literasi digital yang baik, kemungkinan terburuk seperti misinformasi ataupun disinformasi akan menjadi racun bagi kehidupan sosial masyarakat.

Selain politik, ekonomi, dan sosial, bidang yang paling dengan kebutuhan literasi digital adalah pendidikan. E-book dan e-journal merupakan salah dua bentuk e-resource yang menjadi komponen penting dalam literasi digital. Sumber digital dapat diakses dan ditampilkan dengan menggunakan media berbasis komputer yang dijadikan sebagai alternatif pilihan bagi siapapun untuk memperoleh informasi kredibel selain dari media tekstual seperti buku. 

Tentunya kemampuan dan pengetahuan sumber digital ini sangat penting dimiliki oleh pengguna internet, apalagi bagi para pelajar maupun mahasiswa dalam memperoleh bahan ajar. Kemampuan pendukung dalam memperoleh relasi dalam dunia pendidikan dari sumber digital ini juga bisa dilakukan bagi mereka yang ingin mempublikasikan hasil penelitian, misalnya dalam bentuk jurnal online. 

Tentunya, bagi mereka yang membutuhkan bahan ajar fitur-fitur yang tersedia terkait sumber digital sangat diperlukan. Selain Google Scholar  yang sudah terkenal bagi pengguna Google, skala nasional juga terdapat perpustakaan digital yang disediakan oelh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Dengan mendaftar dan memperoleh nomor anggota, melalui fitu e-resource, berbagai basis data jurnal yang bahkan berbayar seperti EBSCO, SAGE, Ebrary, ProQuest, dsb. dapat diakses.

Tak hanya itu, salah satu akademisi perguruan tinggi swasta, Universitas Islam Indonesia bernama Ismail Fahmi berkontribusi dalam dunia literasi digital dengan menciptakan sebuah sistem analisis sosial media berbasis big data. Sistem tersebut dibuatnya saat disinformasi di media sosial menyebar lebih cepat enam tahun lalu, saat berbagai persoalan politik muncul setelah Pemilihan Presiden 2014. 

Purwarupa sistem bernama Drone Emprit tersebut menggabungkan teknologi machine learning dan computational linguistics, dengan cara kerja memantau aktivitas pengguna media sosial hingga menemukan sebuah pola yang bisa mengidentifikasi penyebaran suatu informasi. 

Dari pola tersebut dapat diketahui keterkaitan informasi dengan fenomena yang ada, apakah ada maksud tertentu, apakah hoaks, dan siapa penyebarnya. Tak hanya menyajikan data, analisis data berbentuk narasi juga disampaikan melalui website pers.droneemprit.id untuk mempermudah pemahaman khalayak terhadap data yang didapatkan. Apa yang dilakukan Ismail Fahmi adalah kontribusi untuk memerangi hoaks serta sebagai salah satu wujud konrek pengaplikasian literasi digital.

American Library Association Office for Information Technology Policy's Digital Literacy Task Force dalam Cordell (2013) menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan memiliki keterampilan literasi digital apabila memiliki beragam keterampilan kognitif dan teknis yang diperlukan untuk menemukan, memahami, mengevaluasi, membuat serta mengkomunikasikan informasi digital dalam berbagai format; mampu menggunakan beragam teknologi secara tepat dan efektif untuk mencari dan menemukan informasi, menafsirkan hasil pencarian dan menilai kualitas informasi yang diperoleh; memahami hubungan antara teknologi, pembelajaran sepanjang hayat, privasi pribadi, dan penata layanan informasi yang tepat; menggunakan keterampilan dan teknologi tepat guna dalam berkomunikasi dan berkolaborasi dengan rekan sejawat, kolega, keluarga, dan masyarakat umum; juga mampu menggunakan seluruh keterampilan tersebut untuk berpartisipasi aktif dalam masyarakat dan komunitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun