Mohon tunggu...
Rieka Yusuf
Rieka Yusuf Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Memiliki ketertarikan dalam jurnalistik, media, kiasan, dan origami.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mistisisme Penyumbang Nafkah Industri Layar Kaca

30 Juni 2020   14:25 Diperbarui: 30 Juni 2020   16:11 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Starafina Yusof via Unsplash.com

Ya, kepercayaan yang sudah ada sejak dahulu menjadi salah satu faktor mengapa tayangan mistisisme tumbuh subur di negeri ini. Selain itu, ketertarikan masyarakat terhadap konten-konten sejenis secara teknis dipengaruhi oleh penyajian dan pengangkatan isu pada konten yang ditayangkan. Cerita tentang orang yang melakukan pesugihan hingga keberadaan jin LGBT adalah contohnya. Salah satu acara bertajuk Ruqyah turut menampilkan kegiatan agamis pengusiran makhluk gaib di tubuh seseorang pria dengan karakter kemayu. Saat ditayangkan, isu mengenai lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) memang tengah hangat dibicarakan. Hal-hal sejenis inilah yang membuat masyarakat tertarik dengan tayangan mistisisme. Lain tidak bukan alasannya adalah konflik yang diangkat dekat dengan kehidupan mereka.

Selain dua faktor tersebut, penjelasan mengapa manusia tertarik dengan hal-hal mistis juga bisa dijelaskan secara biologis. Dilansir dari Okezone.com, seorang profesor bernama Glenn Sparks dari Brian Lamb School of Communication di Purdue University melakukan penelitian yang turut menjelaskan alasan mengapa orang tertarik dengan hal yang menyeramkan. Meski muncul ketakutan, rasa penasaran di diri mereka lebih tinggi.  Glenn mengatakan orang menyukai hal mistis karena senang memacu adrenalin. Orang-orang demikian senang mengatur emosi untuk mendapatkan pengalaman baru. Daya tarik lain dari hal berbau mistis juga membuat orang mampu meningkatkan kepercayaan diri.

Di tesis milik Dr. Manthias juga disampaikan ada dua bagian otak yang aktif ketika seseorang mengenal dan tertarik dengan hal mistis, yaitu thalamus dan amigdala. Thalamus memiliki andil untuk memproses pesan awal dari tubuh, yang kemudian amigdala membantu seseorang mengatasi rasa takut dengan menunjukkan sinyal serius. Bagian otak ini bekerja sama menyampaikan reaksi terhadap stimulus film ataupun tayangan yang bersifat mistis ataupun menyeramkan. Faktor-faktor psikis inilah yang menyebabkan sebagian orang menyukai hal mistis dan tertarik dengan tayangan-tayangan mistisisme.

Sejatinya persoalan mistis merupakan permasalahan pribadi. Menurut Mulder (2001) masalah mistis bagi masyarakat adalah sesuatu yang dekat dengan hal serba kerahasiaan namun menyentuh keyakinan dan religiositas pribadi. Menariknya, karena merupakan persoalan yang sangat dekat bahkan jadi ranah pribadi, ketika konten tersebut dibawa ke permukaan oleh media, malah menjadi afirmasi atau penegasan bagi mereka yang meyakini atau merasakan hal serupa. Penegasan ini kemudian yang membuat diri mereka secara sadar ataupun tidak sadar tertarik dengan tayangan tersebut. 

Ditambah jika  orang tersebut memang gemar mengulik hal gaib. Hakikatnya, secara psikis seseorang akan tertarik dengan sesuatu yang sama atau selaras dengan apa yang ada di dirinya. Isu yang diangkat pada tayangan mistisisme dam dekat dengan kehidupan masyarakat inilah kemudian dimanfaatkan oleh media untuk menjadikan konsep tersebut sebagai komoditas.

Program Karma Show di ANTV adalah salah satu bukti kesuksesan tayangan mistisisme di televisi. Acara ini bahkan sempat menjadi program unggulan yang bertengger di posisi ke-3 dengan rating 3,8 dan share 23,1%. Meski akhirnya, acara yang sempat berganti nama menjadi Karma Baik di bulan Ramadan ini hanya bertahan sekitar 8 bulan. Bahkan, pengurus wilayah Nadhlatul Ulama Jawa Timur sempat memberikan fatwa haram terhadap acara tersebut karena dinilai memberikan suasana kahin atau peramal.

Berbagai teguran juga sempat diberikan KPI kepada acara bertema mistisisme lainnya. Acara Dunia Lain yang sudah disebutkan beberapa kali sebelumnya, pernah mendulang kontroversi yang akhirnya membuat program tersebut dihentikan.  Di salah satu episodenya, dikabarkan terdapat partisipan yang meninggal dengan alasan tidak jelas. KPI memutuskan pelarangan acara ini lantaran dinilai membuat masyarakat percaya dengan takhayul yang mampu menimbulkan rasa takut yang berlebihan. 

Sanksi teguran tertulis juga pernah didapatkan program Silet saat menayangkan kegiatan meramal seorang selebriti yang dinilai KPI melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). Berdasarkan aturan ini, adegan ramalan yang ditayangkan dianggap mengesampingkan aspek perlindungan anak dalam isi siaran dan melanggar aturan tentang kewajiban program siaran dengan klasifikasi remaja (R).

Nyatanya, meski acara-acara tersebut memiliki popularitas yang baik dengan rating yang tinggi, program mistisisme acapkali bersinggungan dengan pelanggaran standar KPI. Persoalan rating  memang menjanjikan pemasukan yang tinggi melalui iklan. Ini juga yang menyebabkan mengapa banyak ditemukan program yang mengesampingkan kualitas demi mendapatkan kuantitas penonton.

Meski rawan melanggar, mistisisme masih memotivasi stasiun televisi untuk membuat tayangan serupa. Dilansir dari Tirto.id, pada 2018 lalu Trans TV bahkan merilis tiga acara bertema mistisisme sekaligus. Menurut peneliti lembaga studi dan pemantau media Remotivi, Yovanda Arif, beranggapan bahwa Trans TV yang kala itu menghadirkan program-program mistisisme dalam beberapa tayangan sekaligus bisa saja tergiur dengan keuntungan yang diraup oleh Karma Show.

Keuntungan yang diraih dari program tersebut dapat memunculkan beberapa efek terhadap masyarakat. Realitas sosial masyarakat yang meyakini dunia mistis secara berlebihan pun bisa saja terbentuk. Menurut Berger dan Luckmann dalam Bungin (2008) realitas diartikan sebagai kualitas di dalam suatu kenyataan di suatu lingkungan yang diakui memiliki keberadaan yang tidak bergantung pada kehendak agen di dalamnya. Pengetahuan yang kita tahu merupakan definisi sebagai kepastian bahwa realitas-realitas tersebut nyata dan memiliki karakteristik yang spesifik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun