Mohon tunggu...
Rieka Yusuf
Rieka Yusuf Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Memiliki ketertarikan dalam jurnalistik, media, kiasan, dan origami.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mistisisme Penyumbang Nafkah Industri Layar Kaca

30 Juni 2020   14:25 Diperbarui: 30 Juni 2020   16:11 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Starafina Yusof via Unsplash.com

Meski perkembangan internet turut merambah pada akses tontonan masyarakat, nyatanya tayangan televisi masih memiliki peminat yang cukup banyak. Berdasarkan studi lembaga survei Nielsen pada tahun 2018, durasi masyarakat menonton TV masih memiliki rata-rata 4 jam 53 menit tiap harinya.

Setidaknya ada tiga fungsi media televisi yang menjadi ekspektasi masyarakat ketika menyaksikan tayangan di layar kaca. Fungsi tersebut adalah menginformasikan, mengedukasi, dan menghibur. Sedangkan fungsi lain seperti mengontrol dan menjadi penghubung antar geografis sering kali efeknya tidak disadari masyarakat secara langsung.

Untuk menjalankan segala fungsinya, televisi butuh berbagai program. Ibarat adonan kue, program-program tersebut dianalogikan sebagai tepung yang merupakan bahan utama. Hal ini berkaitan dengan program televisi yang memiliki andil untuk mendukung finansial suatu media pertelevisian. 

Jika dulu, sebelum ada izin terkait periklanan masyarakat dimintai iuran untuk menonton televisi. Setelah ada peraturan terkait, penayangan TV tidak berbayar bisa memanfaatkan pengiklan untuk memproduksi programnya. Tentunya dengan dijadikannya masyarakat sebagai komoditas oleh media kepada para pengiklan.  

Menurut Morrisan (2011) program televisi dapat dibagi menjadi dua, yaitu berita dan hiburan. Berita dapat dikategorikan menjadi hard news yang meliputi straight news, feature, dan infotainment, serta soft news yang meliputi current affair, magazine, dokumenter, dan talkshow. Sedangkan program hiburan dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu: drama (meliputi sinetron, film, game show, dan reality show), musik, serta pertunjukan.

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menetapkan empat kategori program siaran yang memenuhi standar nilai kualitas melalui Riset Indeks Kualitas Program Siaran Televisi Periode Satu Tahun. 

Di tahun 2019, keempat program tersebut berhasil melebihi angka 3,00. Kedua program di antaranya masuk ke dalam konten edukasi, yaitu wisata budaya (3,15), religi (3,18), dan anak (3,12). Sedangkan satu lainnya dari konten hiburan, yaitu talkshow yang mencapai angka 3,05. 

Ironisnya,   program berita menjadi 1 dari 4 kategori lainnya yang belum memenuhi standar dengan indeks hanya 2,93. sedangkan 3 lain yang belum memenuhi standar seperti variety show (2,75), infotainment (2,56), dan terendah dipegang sinetron (2,53).

Salah satu tema yang cukup populer diproduksi oleh stasiun televisi swasta adalah program dengan konsep mistis. Dalam buku berjudul Sufisme Jawa: Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa, penulis menjelaskan mistis sebagai kepercayaan bahwa manusia dapat mengadakan komunikasi langsung atau bahkan bersatu dengan Tuhan (kasunyatan Agung) melalui tanggapan batin dan meditasi. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mistis adalah sesuatu yang bersifat mistik, hal gaib yang tidak terjangkau dengan akal manusia yang biasa. Sedangkan mistisisme merupakan ajaran yang menyatakan keberadaan hal-hal mistis tersebut. Dalam skripsinya, Isti Komalia (2016) menjelaskan umumnya mistisisme dipahami sebagai pendekatan spiritual kepada persekutuan jiwa dengan Tuhan, atau apa saja yang dipandang sebagai realitas sentral alam raya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun