Mohon tunggu...
Rieka Yusuf
Rieka Yusuf Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Memiliki ketertarikan dalam jurnalistik, media, kiasan, dan origami.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Dilema Media Online antara Cuan dan Aturan (Pemberitaan Kriminal pada Tribunnews.com)

29 Juni 2020   14:57 Diperbarui: 29 Juni 2020   15:31 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedangkan salah satu cara untuk meningkatkan angka CTR adalah membuat judul yang menarik. Tribunnews.com dan media online lainnya mungkin menjadikan judul clickbait sebagai strategi lain untuk menarik minat pembaca. Dengan menggunakan kata-kata provokatif, judul clickbait melibatkan emosi para pembaca, membuat mereka penasaran, hingga berharap lebih dari isi berita yang terkadang tidak koheren dengan judul yang ditawarkan. Dilansir dari Tirto.id, menurut Abhijnan Chakraborty, dari Indian Institute of Technology Kharagpur, dalam artikelnya yang berjudul "Stop Clickbait: Detecting and Preventing Clickbaits in Online News Media" mengungkapkan bahwa clickbait mengeksploitasi sisi kognitif manusia yang disebut curiosity gap.

Dalam laporan Wired, pada 1990-an George Loewenstein menjelaskan mengenai  teori curiosity gap. Curiosity gap ditimbulkan dari adanya celah antara apa yang diketahui dan apa yang ingin diketahui, dengan kata lain terdapat kesenjangan pengetahuan. Kesenjangan pengetahuan ini yang kemudian menimbulkan konsekuensi emosional. Judul clickbait yang digunakan dapat memicu konsekuensi emosional, sehingga dapat dikatakan orang yang membaca suatu artikel berdasarkan judul tersebut adalah mereka yang ingin memuaskan sisi emosional. Judul clickbait juga sering digunakan oleh TribunNews.com, seperti Azura Luna Kini Buronan, Ini Disebut Terakhir Kalinya terlihat di Publik, Tampak Dimaki Korbannya!, atau Viral Video Bocah SD Dimaki Ibunya Karena Dapat Ranking 3, Sang Ibu Minta Maaf dan Janjikan Ini, dan masih banyak lagi. Judul-judul tersebut tentu menimbulkan rasa keingintahuan untuk membaca.

Usaha maksimal TribunNews.com dalam pengoptimalan SEO membuat media tersebut selalu berhasil menempatkan artikelnya pada SERP. Berdasarkan situs analisis SEO, Neilpatel.com Ubbersuggest dapat diketahui bahwa skor SEO Tribunnews.com cukup tinggi, mencapai 87. Bahkan angka tersebut mengalahkan seniornya, Kompas.com dengan domain score sebesar 85. Dengan berbagai strategi yang dilakukan Tribunnews.com, baik pengoptimalan SEO, CTR hingga judul Clickbait, tidak mustahil bagi Tribunnews.com merajai halaman utama SERP. Prestasi yang kemudian dicapai juga dengan dibuktikannya jumlah kunjungan situs website Tribunnews.com yang mencapai angka 5.6 Juta perbulan. Lagi-lagi, Tribunnews.com unggul daripada Kompas.com yang hanya memperoleh kunjungan perbulan sebanyak 1,3 Juta.

screenshot-4-5ef99c8f097f366d7f5d5762.png
screenshot-4-5ef99c8f097f366d7f5d5762.png

Domain Overview situs TribunNews.com (Sumber: Neipatel -- Ubersuggest)

Tidak salah bagi suatu media memiliki kebijakan untuk patuh terhadap sistem yang dibuat oleh Google melalui SEO, baik dengan CTR maupun penggunaan judul clickbait. Hal yang kemudian menjadi problematika adalah ketika berbagai strategi yang digunakan harus mengubah substansi pemberitaan Tribunnews.com sebagai media yang berasaskan pada kaidah jurnalistik. Di saat tujuan utama untuk menarik minat pengiklan berdampak pada kredibilitas suatu media, nampaknya TribunNews.com harus 'banyak' berbenah dalam melakukan pemberitaan.

 Hal tersebut lantaran penggunaan berbagai diksi dalam penulisan berita yang ingin menyesuaikan standar SEO terkadang membuat berita menjadi rancu. Entah karena penggunaan kata kunci yang ditulis berulang-ulang membuat kalimat agak berantakan, atau kata-kata tersebut merupakan diksi yang tidak layak disebutkan. Bisa jadi penyesuaian SEO mengharuskan adanya kata kunci yang paling dicari peselancar internet tersebut tidak etis untuk disebutkan berulang kali. Contohnya kata kunci 'adegan panas' pada pemberitaan kasus viralnya rekaman video porno pasangan asal Garut di Tribunnews.com. Hal ini membuat pemilihan diksi menjadi sangat krusial dalam penggunaan bahasa jurnalistik berita kriminal.

Berita kriminal menginformasikan mengenai suatu kejadian atau tindakan kejahatan di lingkungan masyarakat. Umumnya berita kriminal tergolong jenis Straight News atau berita langsung yang berkaitan dengan peristiwa penting dan harus segera disampaikan. Berita mengenai pencurian, pembunuhan, pemerkosaan, penodongan, penculikan dan sejenisnya merupakan beberapa contoh peristiwa kriminal. Berita kriminal juga memiliki beberapa ciri khas terkait penggunaan bahasa jurnalistik.

Bahasa jurnalistik (nama lain bahasa pers) merupakan jenis bahasa yang digunakan oleh wartawan. Bahasa pers ialah salah satu ragam bahasa. Sebagai salah satu ragam bahasa, bahasa pers juga sifat-sifat khas, Seperti: singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik. Menurut jurnal yang ditulis oleh Septyana Yundri (2018) bahasa di dalam kehidupan jurnalistik tidak lagi menjadi sebuah pengantar pesan, melainkan daya dorong dalam mempengaruhi kegiatan pers sampai ketingkat pengepingan realitas peristiwa berita. Oleh karena itu, bahasa jurnalistik juga mampu membentuk perilaku pembacanya.

Dalam memuat suatu peristiwa kejahatan, biasanya pemberitaan kiriminal menggunakan pendekatan kronologis, seperti bercerita mengenai alur kejadian. Sangat umum berita kriminal menyertakan berbagai diksi yang menggambarkan peristiwa keji, seperti kata tewas, tertembak, dibunuh, dimutilasi, dan sebagainya. Permasalahan kemudian muncul ketika berita tersebut mengandung diksi yang berlebihan atau ditempatkan dalam susunan kata yang tidak tepat, sehingga bisa menimbulkan kesan sadis. Pelanggaran diksi ini sering ditemukan dalam berita kriminal media online Tribun News. Terutama oleh Tribun daerah (Seperti: Tribun Timur, Bangkapos.com, Surya Malang, dll.) dirasa paling sering bersinggungan dengan kalimat-kalimat berlebihan, bahkan cenderung tidak etis.

Salah satunya adalah berita berjudul Eno Dibunuh karena Menolak Hubungan Intim, Kemaluannya Dimasukkan Gagang Cangkul yang diterbitkan Bangkapos.com pada Mei 2016 silam. Selain menggunakan judul clickbait yang terkesan sadis dan cabul, berita tersebut juga menyertakan foto korban dengan bercak darah. Dalam Pedoman Pemberitaan Media Siber oleh Dewan Pers, pada Pasal 3 terkait Isi Buatan Pengguna (User Generated Content) di salah satu poinnya disebutkan  bahwa Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. Menyertakan gambar korban (perempuan) dan judul yang terkesan vulgar tentu merupakan pelanggaran Kode Etik Jurnalistik.

Berita lainnya adalah 'Wanita Termutilasi di Malang, Potongan Tubuh Tercecer di Tangga hingga Kamar Mandi Pasar Besar' yang diunggah oleh anakan TribunNews.com, yaitu Tribun Timur pada tanggal 15 Mei 2019 lalu. Pada berita tersebut menjelaskan mayat korban mutilasi yang ditemukan di sekitar Pasar Besar, Malang, Jawa Timur. Berita ini menyertakan keterangan seorang narasumber, dan mengutip Kapolres Malang Kota, AKBP Asfuri dari media Surya Malang. Dalam penjelasannya, reporter menuliskan dengan lengkap mengenai kronologis penemuan mayat, termasuk keterangan potongan bagian tubuh yang disampaikan dengan diksi terkesan 'sadis'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun