Mohon tunggu...
Riefka Aulia
Riefka Aulia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

http://riefkaulia.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Guilty

11 Desember 2011   19:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:29 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

ini karena hijaunya semesta yang aku lihat. tapi menurutmu toska. dan menurutnya biru. bukan sekedar melumat dan meramu hujan dalam nekara, tapi kehendakNya menuntunku. .... atau.. memang karena kehendak tololku sebetulnya? meramu dan melumat hujan dalam pembuluh darah, hingga hanya terlihat ekspektasi dangkal dari postulat bernomer 30:21.

sungguh tak ada niat memainkan postulat bernomer suci bagi kaum pejalan sunyi yang taat. sungguh! dirimu dan dirinya terpaksa terseret dalam harap bodohku.

sejak awal,

aku sudah tahu kalian beda.

dan tak ada pesimis mendatangiku.

tapi ia baru hinggap saat dirinya tersenyum masam sebelum menamparku hancur. dalam gerakan lambat bisa kau lihat telapak tangannya dipenuhi cakar. telapak tangan, bukan dibalik kuku. saat mengenaiku, pipi terkoyak teratur. dari pembuluh darahku yang hancur bau pesimis menyeruak.

dalam kesalahan terberat yang pernah kulakukan pada dagingmu yang juga dagingku dan pada dirinya yang rusuknya perlahan kuhinakan, perbuatan apa untuk menebus dosaku? ... hei senin, bisakah samakku jangan kau titipkan pada tamak? sekalipun kau menyuapku dengan lajak.. tenang, karna aku akan mengambil jarak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun