Mohon tunggu...
Ridwan AR
Ridwan AR Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Founder dari Kota Qurban (Qurban Online) dan De Moeloek (Konsultan Perencana dan Perizinan Properti) yang kadang ingin mencoba hal baru melalui keypad dan monitor dengan terhubung ke dunia tanpa batas.

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Kenapa Uninstall Bukalapak Jadi Trending di Banyak Media, Ada Apa Pak Jokowi?

16 Februari 2019   23:27 Diperbarui: 17 Februari 2019   06:10 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenapa Uninstall Bukalapak Jadi Trending di Banyak Media, Ada Apa Pak Jokowi

Internet saat ini sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat. Bahkan dominasi netizen (internet citizen) sudah tidak dapat di anggap enteng lagi. Setiap berita miring yang memancing orang untuk beropini sangat sering menjadi trending. Bahkan setiap opini yang bersifat membalik sebuah keadaan yang steady bagi sebuah nama besar seperti langsung pendapat mayoritas. 

Hal ini pula yang sedang melanda Bukalapak sebagai salah satu market place besar di Indonesia. Cuitan boss Bukalapak yang menyebutkan "presiden baru" disambut langsung dengan campaign uninstall Bukalapak. Sebenarnya saya yakin, respon datang dari banyak pihak secara beragam. Tidak ada yang tau berapa banyak sebenarnya yang setuju untuk langsung menguninstall applikasi tersebut. Akan tetapi magic word "uninstall Bukalapak" mengarah kepada pembalikan keadaan steady bagi nama besar Bukalapak, maka orang sangat cepat beropini hingga menjadi trending.

Analogi Sederhana

Mudah-mudah anda setuju bahwa manusia sebagai makhluk sosial memang selalu butuh untuk berinteraksi. Dan setiap interaksi itu memerlukan minimal 1 diantara 2 hal yang membuatnya menarik, yaitu tema dan tujuan. Interaksi yang tidak punya tujuan akan selesai dengan sendirinya dalam waktu singkat. Namun apabila diwarnai dengan tema yang bagus maka interaksi tersebut akan terus terjalin hingga masing-masing merasa "puas" atau jenuh dan ingin berganti tema yang lain. Saya memberi tanda kutip pada kata "puas", karena pada umumnya manusia itu tidak ada puasnya. 

Tema itu seperti aroma dan taste dalam sebuah makanan. Awalnya hanya sekedar lewat dipinggir jalan, tapi begitu tercium aroma menggoda dari kue pukis kemudian mencicipi begitu terasa lezat, maka akan diteruskan hingga 1 bungkus habis.

Kejadian ini seperti aroma dan taste yang sedang banyak orang ingin mencicipi. Sampai kapan, tentu sampai mereka kenyang atau bosan alias basi.

Drama Tanpa Skenario

Seperti yang kita tau dari media, tidak lama setelah trending ini menyebar di dunia internet, secara berurutan boss Bukalapak langsung mengklarifikasi pernyataan sebelumnya. Lalu datang undangan pak presiden secara pribadi untuk mas Ahmad Zaky yang dilanjutkan dengan pertemuan face to face. Al hasil muncul permohonan maaf dan klarifikasi secara verbal. Tak lupa pak presiden sebagai seorang pemimpin yang sudah seharusnya mengayomi rakyatnya, meminta masyarakat untuk berhenti menguninstall applikasi Bukalapak.

Saya melihat hal ini seperti sebuah drama apik walaupun tanpa skenario yang ditulis dan diarahkan oleh sutradaranya. Mungkin mas Zaky bukan tipe orang yang suka berkonflik. Jadi ketika ada haters yang berbeda pandangan, beliau langsung mengklarifikasi. Tapi pada dasarnya, menurut saya tidak ada salahnya jika memang mas Ahmad Zaky ikutan hastag ganti presiden. Tentunya itu hak setiap orang untuk menyatakan pendapat. 

Lain halnya dengan cerita Ahok sewaktu tersandung surah Al Maidah yang dianggap oleh masyarakat bahwa ada pelanggaran norma, sehingga orang yang merasa keyakinannya terusik langsung bereaksi.

Walaupun saya tidak punya datanya, saya hanya TIDAK yakin trending campaign ini menjadikan banyak orang menguninstall applikasi Bukalapak. Jadi himbauan pak presiden untuk berhenti menguninstall applikasi Bukalapak sebenarnya tidak berpengaruh apa-apa. Tapi apabila memang benar-benar terjadi trend uninstall tersebut, maka hal itu sangat naif sekali.

Bukalapak adalah marketplace zaman now. Saya yakin pengambil manfaat terbesarnya adalah generasi milenial yang tentunya sangat akrab dengan gadget dan punya kecenderungan memprioritaskan kepentingan individu. Lalu apa mungkin yang katanya para pemilih milenial adalah pemilih cerdas, tapi dengan mudahnya melakukan hal yang tidak relevan dengan kepentingan pribadi mereka. Atau memang sebenarnya pemilih di Indonesia ini memang belum sepenuhnya seperti yang banyak dibilang oleh pengamat politik. Artinya masih banyak pemilih yang hanya fanatik figur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun