Mohon tunggu...
Ridwan L
Ridwan L Mohon Tunggu... Editor - ASN Kemenkumham

Pernah belajar di FE Unkhair dan FEB UGM. Tinggal di Jogja. Dari Ternate.

Selanjutnya

Tutup

Money

Morotai dan Paradoks Sasaran Antara

16 Agustus 2016   02:35 Diperbarui: 27 Maret 2018   11:19 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pulau Dodola, Morotai. Sumber: indonesiabiru.com

Ombak setinggi ukuran orang dewasa menjemput kedatangan kapal kecil kami di Tanjung Sopi, Morotai Utara, waktu itu. Kapal oleng mengikuti irama gelombang. Nahkoda berupaya mencari ruang agar kapal yang kami tumpangi berlabuh dengan sempurna. Tak ada teriakan histeris. Para penumpang yang sebagian besar penduduk setempat seolah telah bersahabat dengan laut dan gelombang. Laut adalah halaman depan mereka dalam bermain dan mencari penghidupan.

Perjalanan itu terjadi sekitar akhir tahun 2009 silam. Saat saya bersama seorang teman ditugaskan melakukan sebuah proyek penelitian di bawah sebuah lembaga survei nasional. Belakangan kami paham, bahwa survei politik berlabel penelitian sosial-kemasyarakatan itu bertujuan untuk “memetahkan” kekuatan politik figur yang berpeluang maju di pemilihan kepala daerah Morotai tahun 2011, pascapemekaran dari Kabupaten Halmahera Utara pada tahun 2008. Seorang teman waktu itu mengatakan kepada saya: hasil survei itu nantinya digunakan untuk kepentingan partai politik tertentu.

Sebelumnya saya hanya mendengar keelokan alam Morotai dari teman-teman. Maka ketika bergabung dan berkesempatan pergi ke Morotai, bagi saya itu adalah sebuah petualangan yang asyik. Perjalanan dalam survei itu melampaui kepentingan lembaga survei itu sendiri. Itu adalah kesempatan untuk lebih mengenal masyarakat dan karakteristik daerah di pelosok negeri kita yang kaya sumber daya alam. Belajar tentang kearifan penduduk lokal dalam menjalani kehidupannya. Meskipun saat itu, kami berdua harus menghadapi beberapa tantangan dalam perjalanan darat dan laut.

Keterbatasan transportasi dan minimnya infrastruktur seperti akses jalan mengharuskan kami berjalan berpuluh kilo untuk sampai di beberapa desa tempat tugas kami. Rasa lelah kami akhirnya pun terbayarkan ketika kami tiba, disambut penuh ramah, berbaur dengan penduduk setempat, dan menikmati keindahan alam pulau Morotai yang menyimpan sejuta pesona wisata di masa depan.

Paradoks ‘sasaran antara’

Wajah Morotai hari ini perlahan telah berubah. Beberapa ‘momentum emas’ datang memaksa daerah strategis pada Perang Dunia II itu untuk terus berbenah. Selain memiliki sumber daya alam melimpah, Kabupaten Pulau Morotai adalah titik sentral penting penyangga kedaulatan dan pembangunan Indonesia masa depan. Pernah menjadi perebutan Amerika dan Jepang pada Perang Dunia II, Pulau Morotai hari ini juga menjadi wisata sejarah menarik dengan segala kisah-kisah kelam yang melingkupinya. Lebih dari itu, Morotai tidak hanya cerita tentang perang. Alam Morotai menawarkan berbagai pesona yang dapat memberikan kekaguman bagi setiap orang yang datang ke sana. Morotai menyimpan sejuta potensi wisata yang siap untuk dikembangkan. Lalu, bagaimana kondisi pariwisata Morotai hari ini?

Harian Kompas dalam rubrik ‘Pesona Wisata Indonesia’ pada tanggal 3 Agustus 2016 mengulas sekilas tentang kondisi pariwisata Kabupaten Pulau Morotai. Laporan itu menyimpulkan bahwa kondisi pariwisata Morotai masih “tertatih-tatih”. Meskipun empat tahun lalu sempat diselenggarakan event internasional Sail Morotai 2012—yang notabene dapat menjadi titik pijak bagi langkah-langkah strategis pembangunan pariwisata Morotai yang dapat dinikmati hari ini atau “nanti”. Lantas, mengapa festival Sail Morotai 2012 tak memiliki dampak terhadap peningkatan kunjungan wisatawan, yang pada gilirannya mendongkrak peningkatan pendapatan daerah? 

***

Saat itu saya berada di Ternate. Masih teringat jelas betapa Sail Morotai waktu itu mengundang pembicaraan di kalangan masyarakat. Diskursus mengarah pada dampak politik-ekonomi, maupun persiapan dan puncak pelaksanaan kegiatan yang dihadiri berbagai kalangan, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu. Beberapa hari sebelum hari H, Morotai penuh sesak wisatawan domestik dan mancanegara. Beberapa teman saya terpaksa harus menempuh jalan darat melalui Sofifi-Tobelo karena beberapa kapal laut dengan rute Ternate ke Morotai selalu penuh oleh penumpang.

Melalui Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2012 secara resmi festival Sail Indonesia itu dimulai. Momentum Sail Morotai digadang-gadang akan menjadi momentum penting pembangunan pariwisata Pulau Morotai. Beberapa infrastruktur pariwisata dikembangkan. Jembatan, akses jalan, sarana wisata termasuk museum Perang Dunia ke II dibangun. Pelaksanaan puncak Sail Morotai dikemas laiknya event internasional dengan segala perangkatnya. Beberapa teman yang berada di sana mengeluhkan bahwa lokasi titik acara hanya dapat dimasuki oleh kalangan tertentu. Masyarakat umum hanya bisa menyaksikan dari kejauhan. 

Waktu berlalu. Euforia wisata Morotai kemudian perlahan memudar pascapenyelenggaraan Sail Morotai. Pengembangan program/kegiatan pariwisata Morotai dari pemerintah daerah tak lagi menunjukan taji. Energi pemerintah daerah terkuras habis oleh kepentingan politik yang datang silih berganti. Kegaduhan politik mengalihkan fokus pemerintah dari upaya-upaya promosi wisata menjadi promosi politik-patron. Kelesuhan pengembangan sektor pariwisata berimbas pada kecilnya pendapatan asli daerah yang jauh di atas potensi sebenarnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun