Pagi tadi, saya ikut orang tua ke Pasar Kolpajung Pamekasan, dan suasananya sudah berbeda dari biasanya. Bukan hanya karena keramaian yang meningkat menjelang Ramadan, tetapi juga karena obrolan para pedagang yang dipenuhi keluhan. Harga bahan pokok melonjak tajam, dan mereka sendiri kebingungan.
Salah satu yang paling mencolok adalah bawang merah. Harganya naik lebih dari setengah dari biasanya! Jika sebelumnya masih bisa dibeli dengan harga wajar, kini angka di timbangan melonjak drastis. Bukan hanya bawang merah, tetapi juga bahan pokok lain seperti cabai, beras, dan minyak goreng. Saya sempat bertanya kepada seorang pedagang, dan jawabannya sama: "Harga sembako naik semua!"
Yang menarik, para pedagang ini tidak serta-merta menaikkan harga karena ingin untung besar. Mereka sendiri mendapat pasokan dengan harga lebih tinggi dari distributor. Kalau mereka menjual murah, rugi. Kalau mereka menjual mahal, pembeli kabur. Situasi ini seperti rantai yang menjerat semua orang dalam lingkaran kenaikan harga yang tidak bisa dihindari.
Sementara itu, pembeli seperti orang tua saya hanya bisa mengelus dada. Belanja yang biasanya cukup dengan uang sekian, kini harus menambah anggaran. Ramadan yang seharusnya jadi momen menahan diri, justru dihadapkan pada kenaikan harga yang mencekik. Jika kondisi ini terus berlangsung, bagaimana dengan Lebaran nanti? Akankah harga-harga semakin liar?
Pertanyaannya, apakah kenaikan ini semata-mata karena permintaan meningkat menjelang puasa? Atau ada permainan di tingkat distributor dan pemasok? Di satu sisi, hukum ekonomi memang berlaku: ketika permintaan naik, harga ikut naik. Tapi di sisi lain, fenomena seperti ini selalu terjadi setiap tahun, seakan-akan sudah jadi pola yang dimainkan oleh mereka yang punya kendali atas pasokan barang.
Pada akhirnya, baik pedagang maupun pembeli, sama-sama menjadi korban dari kondisi ini. Pedagang tidak bisa berjualan dengan leluasa, pembeli pun harus lebih berhitung setiap kali belanja. Yang diuntungkan? Tentu mereka yang ada di puncak rantai distribusi, yang mengatur harga sesuai kepentingan mereka sendiri.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI