Mohon tunggu...
Ridwan Hasyimi
Ridwan Hasyimi Mohon Tunggu... Seniman - Pekerja Seni

Berteater, nari, dan nulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Asik (Meski Asing) The Proposal Versi Sunda

6 Maret 2021   22:42 Diperbarui: 6 Maret 2021   23:26 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Agus jeung Ratna
Dina carita Nanyaan drama hiji babak
Anton Pavlovich Chekov, Jim Alim jeung Suyatna Anirun
Gus Agus Kakang Agus Tubagus
Lil Kholil Kholil Kholil bapana Ratna
Jayasasmita bapana Agus
Bibina Ratna bongkok tonggongna
Gus Agus Agus jeung Ratna
Bercinta di Lapang Dage
Dibarengan Si Belang eujeung Si Hideung
Dibarengan Si Belang eujeung Si Hideung

***

Sejak rampung ditulis pada tahun 1890 oleh Anton Pavlovich Chekov, drama Предложение (Predlozheniye) telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Julius West (1891-1918), seorang penyair, sejarahwan, dan penerjemah asal Rusia yang kemudian hijrah ke Inggris, diyakini sebagai orang pertama yang menerjemahkan drama satu babak ini ke dalam bahasa Inggris menjadi The Proposal.

Oleh Sutayna Anirun dan Jim Lim, pada tahun 1958 teks ini disadur ke dalam bahasa dan budaya Indonesia menjadi Pinangan. Dua maestro teater Indonesia itu menyadur Ivan Vassilevitch Lomov menjadi Agus Tubagus bin Jayasasmita, Natalya Stepanovna menjadi Ratna Kholil, dan Stepan Stepanovitch Chubukov menjadi Raden Rukmana Kholil. Sementara The Oxen Meadows mereka sadur menjadi Lapangan Sari Gading, Messer menjadi Si Kliwon, dan Guesser menjadi Si Belang.

Dari pemilihan nama Agus Tubagus, Jayasasmita, dan Rukmana, Sutayna dan Jim Lim berupaya mengalihkan Rusia ke Jawa Barat sebab nama-nama tersebut umum dipakai oleh ménak ‘bangsawan’ di Jawa Barat. Dalam salah satu dialog, dengan jelas disebutkan bahwa Lapangan Sari Gading terletak antara Anyer dan Jakarta. Tahun 1958 ketika naskah itu diterjemahkan, Anyer yang berada di Serang, Banten, masih merupakan wilayah Jawa Barat.

Setelah disadur ke dalam bahasa Indonesia, baik untuk tujuan eksplorasi dan eksperimen, maupun dengan maksud lebih mendekatkan lakon pada penonton, Pinangan telah banyak dipentaskan di Indonesia dalam berbagai bentuk, bahasa daerah, dan pendekatan budaya. Yang diubah bukan hanya nama-nama tokoh dan tempat, namun juga latar waktu peristiwa Pinangan itu berlangsung.

Diluar perdebatan mengenai batasan dan perbedaan terjemahan, adaptasi, saduran, dan lakon baru yang terinspirasi dari lakon yang sudah ada, upaya (sebut saja) adaptasi lakon selalu menarik diperbincangkan sebab ia sejatinya adalah proses tafsir yang barang tentu membuka katup imajinasi baru yang tak jarang memberi banyak kejutan.

Oleh tangan dingin sutradara cum founder Ngaos Art, Ab Asmarandana, hal itu terjadi. Tak sekedar mengalihbahasakan drama ini ke dalam bahasa Sunda, Abuy, sapaan akrab Ab, juga berupaya menyadurnya ke dalam budaya Sunda kiwari tanpa benar-benar meninggalkan tanah kelahirannya, Rusia.

Pertunjukan produksi Ngaos Art yang telah dipentaskan di Karangnunggal (Tasikmalaya), Studio Ngaos Art (Tasikmalaya), Padepokan Sobarnas Martawijaya (Garut), dan sejumlah tempat lainnya ini lebih memilih The Proposal ketimbang Pinangan sebagai judul pertunjukan di poster mereka. Hal ini dapat dibaca sebagai rambu bahwa mereka tidak benar-benar meninggalkan Rusia. Betapa pun Chekov-nya, Pinangan sudah “terlanjur Indonesia”. Sementara The Proposal, meski terjemahan bahasa Inggris dari Predlozheniye, masih relaitif “lebih Rusia”.

Kendati demikian, mereka tidak meninggalkan Suyatna Anirun dan Jim Lim. Toh, teks yang digunakan sebagai bahan garapan masihlah Pinangan. Nama tokoh pun masih Agus Tubagus, Ratna Kholil, dan Rukmana Kholil. Pada lagu pembuka pertunjukan, nama Chekov, Jim Lim, dan Suyatna Anirun disambat berurutan. Hal semacam itu mengingatkan pada “hadiahan”, mendoakan orang-orang tertentu yang telah meninggal maupun yang masih hidup dengan cara menyebut namanya dan mengiriminya surat Al-Faatihah. “Hadiahan” umum dilakukan sebagian masyarakat di lembur-lembur ketika hendak memulai suatu kegiatan.       

Selain “hadiahan”, yang menjadikan lagu pembuka itu unik dan dédéngéeun adalah aransemennya yang Da-Rus alias Sunda-Rusia. Selain terdengar suara suling Sunda yang khas, beberapa bagian lagu hasil gubahan Alfin Nurul Azmi itu seperti mengajak penonton tamasya ke Lapangan Merah di Moskow. Menyimak lagu (yang liriknya ditulis dibagian awal tulisan) ini, meski samar, setidaknya mampu menautkan ingatan sebagian penonton kepada Paduan Suara Tentara Merah yang sedang menyanyikan "Katyuska" yang mashur itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun