Mohon tunggu...
Ridwan Diaguna
Ridwan Diaguna Mohon Tunggu... Dosen - Menulis untuk Diri Sendiri

Berjalan untuk tidak berhenti

Selanjutnya

Tutup

Nature

AGH IPB Gagas Agroindustri Talas

20 Februari 2021   07:22 Diperbarui: 20 Februari 2021   07:28 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Berlangsung secara online melalui Zoom Meeting, FGD menghadirkan 5 narasumber dan 4 pembahas. Narasumber mewakili berbagai stakeholder, Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng (Kepala Badan Ketahanan Pangan RI), Tatang Kuswara (Praktisi dan Pemberdaya Petani Talas Pratama), Abidin (Praktisi dan Pemberdaya Petani Talas Bogor), Arifuddin (PT Satoimo Sulawesi/eksportir talas satoimo), Rizka Wahyu Romadhona (PT Lapis Talas Sangkuriang Bogor). FGD menghadirkan pembahas dari ahli berbagai disiplin keilmuan, Prof. Sobir (Pakar Pemuliaan IPB), Prof. M. Sobran (Pakar pengelolaan sumberdaya genetik BB BIOGEN), Dudi Supriyadi (Pakar Talas Beneng), dan Dr. Dwi Rahmina (Pakar Agribisnis IPB). FGD dihadiri berbagai instansi baik pemerintahan, petnai, swasta, hingga berbagai komponen lain yang terlibat dalam agroindustri talas.

FGD diselenggarakan dengan tema "Pengembangan dan Komersialisasi Sumberdaya Genetik Talas Berkelanjutan sebagai Komoditas Unggulan Nasional". Talas merupakan sumber pangan pokok penting baik secara ekonomi maupun dalam menopang ketahanan pangan di banyak negara tropis dan subtropis. Talas bahkan menjadi komoditas ekspor bagi beberapa negara seperti Fiji, Filipina, dan juga Indonesia. bahwa Indonesia merupakan salah satu daerah asal-usul talas dan juga pusat keragaman. Hal tersebut dilihat dari banyaknya ragam jenis talas yang tersebar di seluruh Indonesia. Secara awam di Indonesia, talas mencakup kelompok bentul (Colocasia esculenta), kelompok Belitung (Xanthosoma sp.), dan kelompok beneng. Tercatat lebih dari 300-an genotipe talas telah dikumpulkan di beberapa Lembaga penelitian seperti BB Biogen, BPPT, IPB dan perguruan tinggi yang lain. Beberapa daerah yang terkenal sebagai sentra talas seperti Bantaeng (Sulawesi Selatan), Bangga Kepulauan (Sulawesi Tengah), Kapahiang (Bengkulu), Papua, Maluku, Jawa dan Aceh.

Namun demikian, potensi ekonomi dan potensi sumberdaya genetik tersebut masih menempatkan tanaman talas sebagai komoditas minor di Indonesia. Dengan kata lain, sumberdaya dan keanekaragaman genetik talas yang tinggi sudah seharusnya dapat menjadi pengungkit pertumbuhan ekonomi, meningkatkan ketahanan pangan, dan hilirisasi industri dalam olahan dan produk bernilai tambah. Harapannya adalah talas mempu menjadi komoditas unggulan ekspor untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan penghasil devisa. Dari sisi ketahanan pangan, banyak penelitian menunjukkan tanaman talas mampu bertahan pada perubahan iklim, yang tentu sangat berguna untuk membangun ketahanan pangan pada masa depan.

Prof. Edi Santosa, Ketua Departemen AGH penggagas FGD menyatakan bahwa FGD ini dilaksanakan dalam rangka memetakan status pemanfaatan talas saat ini, pengusahaan pada skala petani, pengolahan, dan juga potensi ekspor. Status terkini dan termasuk permasalahan yang perlu mendapat perhatian perlu digali lebih dalam untuk pengembangan dan pemanfaatan secara berkelanjutan dan berdaya saing.  Selain itu, pengalaman praktis dalam pembinaan petani, pemasaran, nilai tambah, pengelolaan kualitas, kontinuitas dan produktivitas juga penting untuk diperkuat. Serta, isu-isu terkait aspek budidaya lain yang berdampak pada tingkat keuntungan usaha tersebut juga perlu dicarikan solusinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun