Mohon tunggu...
Muhammad NoerRidwan
Muhammad NoerRidwan Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar SMAN 28

SMAN 28 kelas XI MIPA 2

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Koin Emas Sang Pangeran

29 November 2020   17:43 Diperbarui: 29 November 2020   17:50 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namun, aku tidak sempat memikirkan hal itu, karena begitu aku membuka mata, aku hampir dibutakan dengan cahaya yang terang.

"Pangeran Revan! Pangeran Revan!" Sambil mengedipkan mata, aku menoleh ke suara yang memanggilku. Suara itu berasal dari seorang wanita berpakaian seperti pembantu, yang sedang berdiri di samping kananku.

"Pangeran! Apakah kau tidak apa-apa?" Aku melihat sekitarku. Aku sedang duduk di sebuah tahta dalam ruangan yang luas dan mewah. Seluruh inci ruangan ini berwarna emas, dihiasi dengan lilin-lilin api dan lampu gantung yang indah. Bajuku jiga berubah, mirip seperti pakaian yang dipakai Pangeran Revan dalam koin emas itu, bahkan mahkotanha juga ada.

Namun, aku tidak lama melamun, karena pembantu itu masih menunggu jawabanku. "Iya, aku tidak apa-apa," kataku kepada pembantu itu.

"Oh, baguslah! Aku khawatir Pangeran Revan sakit," katanya sambil menghela napas. Aku mengamati pembantu itu. Bajunya berwarna hitam dan putih, dan desain pakaiannya terlihat sangat rapi. Dia terlihat seperti pembantu kerajaan asli.

'Jadi ini bukan mimpi?' pikirku dalam hati. Untuk mengetes kebenaran hal itu, aku bertanya pada pembantu itu, "Apakah aku bisa meminta apapun yang aku mau disini?".

Pembantu itu menoleh kepadaku kebingunan. "Oh? Tentu saja! Semua keinginan Pangeran akan dikabulkan sesuai perintah Raja! Apa yang Pangeran Revan inginkan?" Aku berpikir sesaat. Tentunya aku tidak bisa meminta hal yang modern, karena keliatannya dunia ini masih di abad pertengahan. Tapi, sebuah kerajaan pasti punya harta, kan?

"Boleh aku melihat harta kita?" Pembantu itu mengangguk dengan semangat. "Tentu! Tolong ikut aku, Pangeran!".

Aku pun mengikuti pembantu itu melewati sejumlah koridor dan pintu. Sambil berjalan, aku mulai menyadari bahwa kastil ini sangat luas. Sudah tidak terhitung berapa lekukan dan jalan yang kita lewati, dan hampir semua koridor ini identik.

Setelah cukup lama berjalan, kita sampai di depan sebuah pintu besi yang dijaga dua ksatria berzirah baja. "Di belakang ini adalah ruang harta. Atas permohonan Pangeran Revan, Ksatria terhormat, tolong bukakan pintunya!" Kedua ksatria itu tidak menjawab, namun dengan sigap mereka membuka pintu besi tersebut.

Saat aku dan pembantu itu masuk ke dalam pintu itu, aku sangat kaget. Ruangan ini jauh lebih luas dari ruangan tahta sebelumnya - sepertinya seluas lapangan basket, atau mungkin lebih - dan ruangan ini penuh dengan tumpukan koin-koin emas diselilingi harta karun yang tidak kalah mengagumkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun