Mohon tunggu...
Ridhwan EY Kulainiy
Ridhwan EY Kulainiy Mohon Tunggu... Human Resources - Hidup untuk berpengetahuan, bukan berdiam diri dalam ketidaktahuan oranglain

Hidup untuk menjadi berpengetahuan, bukan untuk berdiam diri dalam ketidak tahuan oranglain. wordpress : https://www.kulaniy.wordpress.com facebook : @ridwan.komando21 Fanspage : @kulaniy.komando twitter : @kulaniy1708 Instagram : @ridhwans_journal Whatsapp dan Gopay : 082113839443

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penyembah Simbol dan Penyembah Nilai

16 Agustus 2020   13:02 Diperbarui: 16 Agustus 2020   12:56 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Captured By : Bang Hendrik

Selepas berendam di kolam semalam, kepulan uap dari segelas teh panas membuyarkan lamunan saya. Basah di tangan saya terseka oleh kaos yang saya letakkan di kursi santai pinggir kolam, lalu lincah jemari saya mulai beraksi menggeser dan menghentak layar ponsel untuk membuka dan membaca berbagai postingan di sosial media dan situs opini. Masih ramai ternyata pembahasan mengenai salib, dibalik senyum saya yang seolah mengejek. Kepala saya pun bergeleng perlahan saat membaca komentar-komentar yang ruah ditumpahkan para netizen.

Inilah masyarakat kita, gumam saya sambil mengangkat gelas berisi teh yang mulai menghangat dan meminumnya perlahan. Salah satu alasan kenapa orang kita masih terjebak dengan simbol-simbol dan pemahaman yang dangkal adalah karena konten-konten yang minim dengan edukasi lebih digandrungi daripada konten yang mampu membuka dan meningkatkan daya pikir banyak orang. Padahal simbol itu termasuk ke dalam ranah seni, tetapi seni sebagus apapun kalau dipandang dengan pikiran yang sempit ya tentu takkan berarti apa-apa. Itulah mengapa orang yang bisa mencintai, menikmati dan menghargai karya seni adalah orang-orang yang memiliki pikiran luarbiasa, begitu kan Master Pandir Kelana...?

Cobalah untuk sedikit menyelaraskan gerak dengan energi positif di dunia ini. Jika kamu menginginkan agar pikiran banyak orang lebih terbuka mengenai berbagai hal, ambil peran setidaknya untuk menyebarkan energi positif dan share konten-konten yang menjadi media untuk melatih orang membuka pikirannya untuk memahami segala sesuatu secara lebih luas dan lebar. Jadi, jangan cuma nonton tiktok aja kerjaanmu.

Di dunia modern ini, dimana negara-negara lain mulai berkembang dan sibuk mencari dan menciptakan energi terbaharui, kita masih sibuk diranah teoritis mengenai hal-hal yang sifatnya hanya memunculkan pergesekan dan perselisihan lagi. Huhh, tapi apa daya. Saya penulis yang kadang dilema harus menuliskan dan mengangkat konten tentang apa agar bisa dinikmati dan memberikan manfaat untuk para pembaca. Jadi, saya tulislah artikel ini, untuk sekedar melempar umpan. Barangkali, umpan saya ini ditangkap oleh ikan yang besar dan segar.

Dalam perjalanan kehidupan manusia, kita mengenal berbagai keyakinan, sudah bukan hal yang baru kita ketahui. Keyakinan-keyakinan ini pada perjalanannya berkembang sedemikian rupa, dari keyakinan terendah dan terlemah hingga keyakinan tertinggi yang kuat dan kokoh sehingga tidak mudah dinodai. Kali ini saya ingin menyajikan kepada para pembaca dua keyakinan yang berdasarkan kepada dua pandangan, yaitu Keyakinan terhadap simbol dan keyakinan terhadap nilai.

Penyembah Simbol

Seperti yang sudah saya ungkapkan di atas, bahwa biasanya setiap simbol memiliki makna dan arti. Namun jangan sampai kita terjebak ke dalam suatu simbol sedemikian rupa sehingga membuat kita seolah menyembah atau mengelu-elukan simbol tersebut. Padahal itu hanya sebuah simbol yang dibuat manusia sebagai media dalam membahasakan suatu makna. Dahulu kala, orang-orang berkeyakinan bahwa di dalam sebuah simbol terdapat sebuah energi rahasia sang pencipta. Dimana ketika kita memuliakannya dan mensucikannya, maka kita akan memperoleh manfaat dalam berbagai hal di kehidupan kita. Keyakinan ini disebut dengan keyakinan Paganisme. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa simbol merupakan media untuk membahasakan suatu makna yang dipahami oleh tradisi dan kebudayaan orang-orang di zaman itu. Apapun bentuk simbol tersebut, berupa garis, gambar, bintik-bintik, artefak, patung, arca, bahkan hingga dalam bentuk logo dan sebuah kalimat atau kata dari abjad tertentu suatu suku bangsa.

Ini merupakan bentuk keyakinan zaman baheula (kata orang Sunda), orang kuno, orang zaman pra-sejarah, terbukti bahwa memang dalam berbagai penelitian ditemukan bahwa bangsa-bangsa terdahulu menggunakan simbol sebagai media mereka menyampaikan sebuah kabar dan berita, atau sebagai bahasa untuk mengungkapkan makna yang ada dalam kehidupan saat itu. Kaum pagan hidup di wilayah Eropa sekitar pada abad ke-4 masehi dan menyebar ke berbagai wilayah di dunia dan yang paling berkembang adalah di Mesir kuno.

Simbol di zaman kita ini sudah sedemikian berkembang, bentuknya didesain sedemikian rupa dengan teknologi canggih sehingga menampilkan pesona grafik visual yang luar biasa. Apakah masih ada orang-orang tersebut...? Tentu, ada. Yaitu mereka yang pemikirannya rendah dan sempit, dimana mereka selalu saja mengkultuskan sesuatu simbol dengan sangat berlebihan. Bahkan lebih jauh dari pada itu, mereka cenderung memusuhi simbol-simbol dari keyakinan lain yang menurut mereka bertentangan dengan keyakinan mereka. Atau lebih tepatnya memusuhi simbol lain yang bermusuhan dengan simbol mereka. Simbol kok bisa musuhan...? Ya itu, karena teramat rendah dan sempitnya pemikiran mereka sehingga permusuhan itu nampak di tindak dan laku mereka. Mereka terfokus pada simbol itu sendiri, bukan terhadap makna hakiki dari sebuah simbol. Semisal, kita melihat simbol salib. Apa yang harus kita lihat? Apakah karena simbol tersebut digunakan oleh umat Kristiani, sehingga kita harus memusuhi simbol itu...? Atay harusnya yang kita lihat adalah makna hakiki dari simbol salib itu yang berasal dari keyakinan Romawi kuno. Pada dasarnya Salib merupakan tanda astronomu, Salib dengan lengan sama panjang menunjukkan waktu siang dan malam yang sama panjang, dan merupakan tanda equinox. Ada juga sumber yang menyatakan bahwa simbol Salib memiliki makna perdamaian dari bangsa Romawi kuno. Kristiani sendiri baru menggunakan simbol itu pada abad ke-7 masehi. Inilah yang unik dari masyarakat kita, mempersoalkan sesuatu yang mereka sendiri tidak pahami.

Penyembah Nilai

Dewasa ini, kita semua harusnya sudah meninggalkan penyembahan atau pengkultusan berlebihan terhadap sebuah simbol, terutama dalam Islam. Karena ajaran Islam datang untuk memperbaharui dan menyempurnakan pemikiran manusia mengenai keyakinan. Bahwa yang harus dikultuskan bukanlah sebuah simbol, melainkan sebuah nilai atau sifat dan karakteristik. Bukankah kita mengenal asma-asma Tuhan yang 99 itu...? Kita harusnya lebih mengkultuskan nilai yang sifatnya ruhani, bukan lagi simbol-simbol yang sifatnya jasadi dan khayali. Belum lagi ketika kita berkaca kepada kehidupan kita hari ini, dimana sikap jujur dan adil lebih dijunjung tinggi ketimbang simbol-simbol keagamaan atau keyakinan.

Pun bukankah Nabi Muhammad.SAW di zamannya sudah menghancurkan berhala-berhala sembahan kaum Quraisy saat itu, yang merupakan simbol-simbol yang disembah oleh orang-orang terdahulu? Lalu mengapa hari ini, masih ada saja orang-orang yag tergila-gila mengkultuskan simbol? Seolah-olah simbol-simbol itu merupaka sesembahan mereka? Jadi, kalian ini sebenarnya pengikut Nabi Muhammad.SAW atau para penyembah berhala dan simbol-simbol?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun