Mohon tunggu...
Ridhwan EY Kulainiy
Ridhwan EY Kulainiy Mohon Tunggu... Human Resources - Hidup untuk berpengetahuan, bukan berdiam diri dalam ketidaktahuan oranglain

Hidup untuk menjadi berpengetahuan, bukan untuk berdiam diri dalam ketidak tahuan oranglain. wordpress : https://www.kulaniy.wordpress.com facebook : @ridwan.komando21 Fanspage : @kulaniy.komando twitter : @kulaniy1708 Instagram : @ridhwans_journal Whatsapp dan Gopay : 082113839443

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Koffie Drinken 7: Membangun Kepercayaan Jong Sumatra

19 Juli 2020   13:18 Diperbarui: 19 Juli 2020   13:08 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumatra is de toekomst adalah bahasa belanda yang berarti "Sumatra adalah Masa Depan".

Desember 1919 diadakan sebuah rapat pengurus besar JSB untuk melakukan pergantian masa kepengurusan JSB di Betawi. Dalam rapat kepengurusan tersebut, Amir dicalonkan menggantikan Tengku Mansyur sebagai ketua, Bahder Djohan akan menggantikan Anas sebagai sekretaris dan Hatta menggantikan Marzuki sebagai bendahari. 

Pada posisi saat itu, pekerjaan Hatta akan sangat berat. Karena JSB memiliki hutang kepada drukkerij Evolutie hampir f 1000 yang merupakan ongkos biaya cetak majalah Jong Sumatra. 

Pimpinan dari Evolutie adalah Ladjumba Dt. Tumanggung, dan jika hutang tidak dibayar secara kontan maka majalah tidak akan bisa dicetak kembali. 

Hatta menyetujui hal itu, dengan catatan ia hanya akan menjabat selama satu tahun dan ia meminta seorang bendahari 2 dan 3 guna mempelajari sistem perbendaharaannya dan menjadi penerus di kepengurusan selanjutnya. 

Permintaan itu disepakati dan diangkatlah Djalil yang merupakan murid kelas III PHS dan seorang lagi adalah Burhanuddin murid dari sekolah Rechtschool.

Berlangsunglah kongres JSB yang kedua, sebagaimana biasa diadakan di Gedung Loge di pojok Waterlooplein, Lapangan Banteng sekarang.

Kongres pun berlangsung dengan kepengurusan baru yang terpilih. Dihadiri oleh banyak anggota JSB dan juga para donatur yang merupakan orang-orangtua dari Sumatera yang menetap di Betawi dan orang lainnya yang mendukung pergerakkan tersebut. 

Di antara donatur yang memberikan anjuran adalah Pater Van Rijckevorsel dan Ir. Fournier. Dalam pidatonya, Ir. Fournier menganjurkan supaya JSB giat bekerja sama dengan Jong Java untuk mencapai terbentuknya Jong Indie sebagaimana gerakan pemuda di India sudah dapat mendirikan Young India.

Fokus Hatta dalam JSB dengan posisinya sebagai bendahari saat itu adalah melunasi hutang JSB kepada penerbit Jong Sumatra. Seusai rapat perdana kepengurusan baru JSB, Hatta menyusun cara untuk bagaimana setiap anggota membayar iuran dengan tepat waktu sebagai bukti kesetiaan pada perkumpulan dan yang berlangganan majalah Jong Sumatra untuk membayar biaya pembelian majalah tepat waktu. 

Ia mengirimkan formulir wesel pos blanko kepada mereka dengan mengisi sekaligus jumlah yang harus mereka bayar. Cara tersebut cukup efektif dan dengan cepat uang masuk mengisi kas JSB. Waktu Hatta hendak meletakkan jabatannya setahun kemudian pada akhir 1920, kas yang bermula dengan defisit dan hutang lebih kurang f 1000 berbalik menjadi saldo kira-kira satu setengah kali.

Dalam tulisannya pada buku Bung Hatta Mengabdi kepada Cita-cita Perjuangan Bangsa yang diterbitkan oleh kawan-kawan seperjuangannya saat Hatta sudah mencapai usia 70 tahun, Bahder Djohan menulis antara lain: 

"Antara Amir ketua dari Perhimpunan itu dan seorang Manusia-perasaan, yang nantinya akan menjadi seorang dokter-ahli penyakit jiwa, dengan Hatta, Bendahari dan seorang manusia-perbuatan yang kemudian menjelma menjadi seorang ahli ekonomi, sering terjadi petentangan mengenai tindakan-tindakan yang harus diambil untuk kepentingan Perhimpunan. Satu keputusan yang dijalankan oleh Bendahari Hatta di bidang penerbitan keuangan, yang menggoncangkan masyarakat di waktu itu ialah menyiarkan satu daftar hitam dari mereka yang sesudah waktu tertentu, tidak memenuhi kewajibannya sebagai anggota atau penderma. Daftar itu banyak memuat nama-nama orang yang terkemuka dan terhormat."

Hal itu dikarenakan Hatta termasuk seorang yang disiplin dan saat itu hendak mempercepat pergerakan dan memfokuskan pergerakan kearah kegiatan yang lebih membangun.

Jong Sumatranen Bond memiliki sebuah tradisi yang biasa dilakukan oleh para pengurus baru di setiap tahunnya, yaitu mengunjungi para tetua yang juga berasal dari Sumatera juga. 

Pada periode awal itu, Hatta dan rekan lainnya mengunjungi Engku Landjumin Dt. Tumenggung, H. Agus Salim, Abdul Muis dan Sutan Muhammad Zain. Diawali dengan mengunjungi Landjumin Dt. Tumenggung, karena penerbitan Jong Sumatranen sangat mendesak dan dicetak pada Drukkerij Evolutie miliknya. 

Dimana sudah biasa mencetak majalah-majalah besar di ama itu seperti Neratja. Saat pertemuan itu Hatta menyampaikan bagaimana cara ia mengelola keuangan JSB sesuai dengan yang telah disetujui oleh pengurus lainnya. 

Hal itu membuat Dt. Tumenggung mempercayai Hatta yang mengatakan bahwa hutang JSB akan dibayar dengan cara dicicil dan Jong Sumatera akan tetap dicetak tiap bulannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun