Mohon tunggu...
Ridhwan EY Kulainiy
Ridhwan EY Kulainiy Mohon Tunggu... Human Resources - Hidup untuk berpengetahuan, bukan berdiam diri dalam ketidaktahuan oranglain

Hidup untuk menjadi berpengetahuan, bukan untuk berdiam diri dalam ketidak tahuan oranglain. wordpress : https://www.kulaniy.wordpress.com facebook : @ridwan.komando21 Fanspage : @kulaniy.komando twitter : @kulaniy1708 Instagram : @ridhwans_journal Whatsapp dan Gopay : 082113839443

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Koffie Drinken 4: Sumatera Masa Depan dan Jong Sumatranen Bond

6 Maret 2020   22:59 Diperbarui: 6 Maret 2020   22:55 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumatra is de toekomst berarti Sumatera Masa Depan adalah potongan slogan kolonial Belanda yang mengisnpirasi Mohammad Hatta dalam membangun Pergerakan Pemuda Sumatera. Ilustrasi Oleh Ridhwan Journal

Sejak duduk di kelas II MULO, perhatian Hatta kepada masalah-masalah di luar pelajaran sekolah bertambah besar. Dengan keahliannya dalam membagi waktu, ia mulai masuk ke dalam perkumpulan yang lebih besar. Yaitu ke dalam Sarikat Usaha yang termasuk salah satu perkumpulan yang mengusahakan adanya pendidikan agama di sekolah MULO. 

Hatta membangun hubungan dengan seorang sekretaris Sarikat Usaha Padang yang bernama Engku Taher Marah Sutan. Engku Taher adalah seorang idealis yang giat bekerja dan tak kenal lelah. Cita-citanya ialah memajukan pelajaran anak-anak karena hanya dengan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh anak-anak, yang akan menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab pada kemudian hari, yang dapat memajukan tanah air. 

Darinya pula Hatta mulai mengenal mengenai tokoh-tokoh pergerakkan seperti H.O.S. Tjokroaminoto, Abdul Malik dan Abdul Muis, juga menjabarkan mengenai tujuan dari Sarikat Islam yang mereka pimpin.

Suatu peristiwa yang bersejarah bagi Hatta terjadi di Padang pada Januari 1918. Nazir Dt. Pamuntjak datang ke Padang sebagai utusan Jong Sumatranen Bond, perkumpulan pemuda Sumatera yang belajar di sekolah-sekolah menengah yang didirikan pada 9 Desember 1917 di Betawi. 

Kedatangan itu merupakan sebuah tugas untuk mempropagandakan pergerakkan pemuda Sumatera dan mendirikan cacang-cabang perkumpulan di Padang dan Bukittinggi. 

Engku Marah Sutan menyambut kedatangan itu dengan sangat bersemangat, dengan bantuannya dengan cepat mampu terselenggara suatu rapat dimana Nazir Dt. Pamuntjak memberikan uraian tentang maksud dan tujuan Jong Sumatranen Bond kepada murid-murid sekolah menengah yang ada di Padang.

Berdirinya JSB didahului dengan terbentuknya Jong Jawa pada 1915. Berdasarkan keinsafan maka berdirilah JSB dua tahun setelahnya. Nazir Dt. Pamuntjak memberikan penjelasan panjang tentang tujuan Jong Sumatranen Bond. Di antara lain:

  1. Memperkuat pertalian antara pemuda Sumatera yang masih belajar serta menanamkan keinsafan dalam jiwanya bahwa mereka mempunyai seruan hidup untuk menjadipemimpin dan pendidik bangsanya.
  2. Menimbulkan perhatian kepada anggotanya dan orang lain terhadap tanah dan bangsa Sumatera dan untuk mempelajari adat istiadat Sumatera, kesenian, bahasa-bahasa, pertanian dan sejarahnya.

Ada sebuah peribahasa dalam bahasa Belanda yang didengungkan oleh seorang guru ilmu bumi yang bernama Van der Veen: "Molukken is het verieden, Java is het heden, en Sumatra is de toekomst" (Maluku adalah masa lalu, Jawa masa sekarang dan Sumatera masa depan). Itu merupakan sebuah semboyan bagi kolonial Belanda. 

Maluku sudah mengalami pemerasan sumber daya alam sejak abad ke-17, dan karena dianggap kurang menguntungkan akhirnya ditinggalkan oleh kolonial. Lalu berpindah ke tanah Jawa dan melakukan pemerasan Sumber Daya Alam dengan mendirikan berbagai macam perusahaan dagang, mulai dari gula, teh, kopi, kina, jati, karet, dan banyak yang lainnya. 

Hatta begitu terpacu semangatnya dan termotivasi oleh perkataan "Sumatera masa datang". Sumatera pada masa mendatang tergambar dalam benak Hatta sebagai "zaman emas" yang saat mencapainya tergantung dari pemuda Sumatera. 

Sebab itu, tepat sekali apabila ditanam dalam jiwanya seruan yang tercantum dalam anggaran dasar Jong Sumatranen Bond bahwa mereka mendapat panggilan untuk menjadi pemimpin dan pendidik bangsanya. Rasa tanggungjawab hidup sekaligus mulai terasa.

Selain Nazir Dt. Pamuntjak, pada rapat itu juga berdiri dan berbicara Nona Ainsjah Jahya, murid kelas II sekolah MULO Katolik untuk murid-murid perempuan dengan pidato yang berapi-api. 

Semua orang tercengan mendengar pidatonya yang tersandar kepada uraian Nazir Pamuntjak, dibentangkannya sepintas cita-cita Raden Ajeng Kartini yang disusul dengan pertanyaan, "Kapankah Sumatera akan dapat melahirkan seorang Kartini?" Pidatonya itu diakhiri dengan seruan supaya pemuda Sumatera giat belajar dan memenuhi seruan bangsa yang digambarkan oleh Jong Sumatranen Bond supaya kaum wanita Sumatera ikut bangn, bahu-membahu dengan kaum laki-laki, untuk menempuh jalan yang ditunjukkan oleh Kartini.

Keesokan harinya dibentuklah kepengurusan JSB cabang Padang, tepatnya di serambi muka kantor Sarikat Usaha. Yaitu Anas Munaf sebagai ketua, Bahder Djohan sebagai sekretaris, Ainsjah Jahya dan Malik Hitam sebagai komisaris dan Hatta sebagai bendahari. 

Titik berat pekerjaan pengurus pada bulan-bulan pertama adalah melakukan surat-menyurat dengan pengurus besar JSB di Betawi, sementara Hatta harus mulai membangun sistem guna memperkuat keuangan perkumpulan yang dikumpulkan melalui kontribusi, iuran anggota serta bantuan masyarakat berupa donasi dan lain-lainnya. 

Semua dilakukan untuk dapat menyelenggarakan Kongres Besar Jong Sumatranen Bond yang pertama di Padang. Hatta memperoleh pemahaman bahwa pembayaran kondribusi tetap harus dipenuhi oleh anggota-anggota, sungguh pun ada peraturan mengenai itu di dalam anggaran dasar namun tidak sedikit anggota yang lupa akan kewajibannya. Kesetiaan membayar kontribusi itu adalah tanda kesetiaan anggota kepada perkumpulannya.

Suatu perkumpulan yang mempunyai tujuan untuk melaksanakan suatu cita-cita besar hendaklah didukung oleh anggota-anggota yang merasai panggilan itu dalam jiwanya.

Derma dari masyarakat dalam bentuk donasi dan lainnya, hanya bisa didapatkan melalui pembangunan komunikasi dan hubungan yang konkret antara pemimpin perkumpulan dengan masyarakat. Maka mulai sejak itu disusun juga berbagai pertemuan dengan masyarakat guna mempropagandakan cita-cita pemuda Sumatera dan memperkenalkan Jong Sumatranen Bond secara lebih terang ke hadapan masyarakat. 

Dan persoalan keuangan tersebut merupakan tanggungjawab Hatta untuk mengelolanya, bahkan jika perlu Hatta bisa pergi mengunjungi para tokoh di beberapa tempat untuk mendapatkan dukungan tersebut. 

Propaganda tersebut berjalan selama satu tahun dan berhasil meraih derma yang cukup banyak, hasilnya donatur bagi perkumpulan semakin bertambah. Siasat Hatta dalam keuangan memberikan kemajuan besar untuk Jong Sumatranen Bond.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun