Apa yang kalian lakukan---seandainya kalian penulis---waktu mengalami Writers Block?
Eits, sebetulnya aku gak suka dengan kata Writers Block, karena sesungguhnya yang ada itu kemalasan aku menulis dan berpikir (tentunya).
Dan kembali ke pertanyaan lagi, apa yang kalian lakukan? Silakan jawab dalam hati dengan penuh kejujuran. Kalau pingin lebih apik silakan tuliskan itu di kertas, atau di Microsoft Word, atau di note.Â
Kalau sudah, ya sudah. Gantian aku ya. Kalau aku biasanya membaca tulisan yang ringan dan lucu. Contohnya, dan biasanya aku baca tulisan Ayah Pidi Baiq, khususnya buku seri Drunkennya. Yaitu ada Drunken Mama, Drunken Molen, dan Drunken.. apalagi ya.. aduh lupa. Pokoknya buku itu isinya aneh banget. Aneh dalam arti aku suka itu. Meski aku merasa dicurangi oleh si penulis buku itu. Masa' ada buku tulisannya kayak gitu. Aku aslinya gak rela kalau ada buku macam itu. Tapi aku suka. Aneh banget sumpah.
Selain, absurd, tulisannya Ayah Pidi Baiq itu seenaknya sendiri. Alurnya mondar-mandir liar. Gak jelas. Tetapi bagusnya, kalau kalian baca itu, kemungkinan kalian mengalami apa yang kualami juga. Rasanya ingin nulis-nulis dengan tanpa berpikir panjang, dengan tanpa peduli jeleknya tulisan yang kita buat. Nah kalau sudah demikian, kan kita tinggal baca ulang tulisan kita. Lalu kita pahat-pahat dikit biar jadi lumayan. Bukan lumayan bagus. Tapi lumayanlah yang penting jadi tulisan juga.
Intinya turunkan ekspektasi dan menulislah seenaknya selagi Writers Block.