Mohon tunggu...
Muhamad Baqir Al Ridhawi
Muhamad Baqir Al Ridhawi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lagi belajar nulis setiap hari.

Blogku sepi sekali, kayaknya cuma jadi arsip untuk dibaca sendiri. Hohohoho. www.pesanglongan.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kurang Apresiasi, Sedih

26 Januari 2021   21:37 Diperbarui: 26 Januari 2021   21:40 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu lalu, saat melihat-lihat postingan di Instagramnya Ivan Lanin, tidak sengaja aku menemukan foto ini quote ikonik di Jogja, atau tepatnya di Malioboro:

(Sumber: jogjaadvertising.com)

Dan, tetapi yang jadi fokus perhatianku adalah bukan quote-nya, tapi tulisan Joko Pinurbo-nya, sang pembuat sajaknya, yang kecil sekali dan di kanan-bawah, alias hampir luput dari perabaan mataku.

Kemudian, tiba-tiba aku ingat quote ikonik di kota besar lainnya, kota Bandung aku pun langsung Googling. Kutemukan ini:

img-20180203144707-5a7568fb8d7ab-601028c88ede4803f21423a2.jpg
img-20180203144707-5a7568fb8d7ab-601028c88ede4803f21423a2.jpg
(Sumber: travel.detik.com)

Meski tulisan sang pembuat sajaknya,  Ayah Pidi Baiq, lebih kecil setidaknya masih mudah dilihat oleh mata.

Aku jadi agak heran kok bisa ya tulisan Joko Pinurbo-nya kecil. Hingga aku pun menduga-duga, apa jangan-jangan tulisan Joko Pinurbonya itu tadinya lupa dibuat, terus ada yang mengingatkan jadinya, "ohya," dan dibuatlah itu. Dugaanku saja lho ya. Mungkin juga salah kok dugaanku itu. Tetapi yang jelas, alangkah baiknya, kita memberikan apresiasi kepada si pembuat sajak dengan "menuliskan namanya dengan jelas-jelas".

Sebetulnya itu hal kecil. Tetapi itulah salah satu bentuk apresiasi, penghargaan, atau respek (atau apa punlah kamu menyebutnya) kepada penulisnya. Dan itu penting, kataku. Sebab---aku tebak---kata-kata itu tidak mudah begitu saja keluar dari Joko Pinurbo untuk pertama kalinya. Mungkin ada momen atau pengalaman spesial untuk memunculkan perasaan yang mengandung kata-kata itu, dan hasrat menuliskan kata-kata itu juga.

Seperti halnya Ayah Pidi Baiq. Dia membuat kata-kata itu di saat dia berada di Rusia. Tepatnya di saat-saat sunyinya Rusia, Ayah ingat Bandung. Meski dia sendiri mengakui tempatnya berada saat ini, Rusia, juga sangat indah untuk dinikmati. Tetapi entah kenapa dia rindu dengan Bandung. Ternyata Bandung lebih dari urusan wilayah atau geografis. Tapi juga melibatkan perasaannya saat berada di sana. Dari dia lahir hingga menua banyak hal berharga yang terjadi di sana, yang melibatkan perasaannya.

Selain karena bentuk penghargaan terhadap proses atau pengalamannya, apresiasi juga merupakan salah satu komponen penting dalam menghidupkan ekosistem di dunia kesenian. Supaya seniman-senimannya lebih bersemangat lagi, dan terus berkarya. Juga agar ada orang-orang berikutnya yang tidak ragu untuk berkarya.

Makanya, kalau ada temanku membuat status dengan kata-kata mutiara, dan aku tahu itu bukan kata-katanya sendiri, alias dia mengutip dengan tanpa kasih nama pengarangnya, aku agaknya jadi pingin sekali menceramahinya, "heh, itu tulisannya si anu, kok gak ditulis nama si anunya? Harusnya kamu tulis!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun