Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mana Lebih Sering, antara Bawa Bekal atau Beli Makan di Kantor?

21 November 2021   05:28 Diperbarui: 26 November 2021   04:31 1163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak kecil, kami sudah terbiasa membawa bekal makanan sendiri ke sekolah. Selain praktis, higienis, hemat, kami belajar hidup tertata.

Bangun pagi-pagi, Mamak menyiapkan tepak kecil berisi makanan, nasi, lauk, sayur, satu dua kue dan sebotol air minum. 

Memang menambah beban berat tas sekolah. Namun karena terbiasa, jadi tidak terasa. Lagi pula kami diboceng, naik motor, beban tidak terlalu dirasakan.

Ketika masuk pondok pesantren, kebiasaan membawa bekal makanan ke sekolah terhenti. Makanan sudah disediakan oleh pihak manajemen pondok. Pengalaman saya selama 7 tahun di pondok cukup lama, tapi tidak membuat lupa akan nikmat bawa bekal makanan ke sekolah.

Di pondok, lebih dari 1000 santri, ramai banget setiap saat jam makan tiba. Saya jadi mikir, andai setap santri ini membawa Teflon tempat makan sendiri-sendiri, betapa ramainya. Kami kumpul bareng setiap makan, pagi, siang dan malam.

Di pondok, kami tidak pernah lagi melihat teman-teman yang ribet membuka tas sekolahnya, memilah-milah makanan, sharing, berbagi makanan dengan lainnya. 

Terasa nikmat dan lahap bisa bersantap bersama pada jam-jam sekolah. Bayangan di sekolah kadang muncul kembali di sela-sela kehidupan pondok pesantren.

Sesudah kerja, cerita tentang bekal makanan ini beda.

Saya hanya bisa mengenangnya. Mengenang masa kecil yang tidak akan pernah terulang. Bekal makanan, kelihatannya sederhana, namun sarat akan makna pendidikan. Hakekat yang ditanamkan dengan membawa makanan ke sekolah mengajarkan kami banyak hal.

Source: Glints
Source: Glints

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun