Kekuatan budaya yang konservatif di Aceh membuat masyarakatnya berfikir dua tiga kali apabila harus mengizinkan putera-puterinya untuk bekerja di luar negeri.
Ironisnya dalam perjalanannya, sangat sedikit jumlah tenaga kesehatan asal Aceh yang bekerja di luar negeri. Boleh dikatan jumlah mereka bisa dihitung dengan jari bahkan yang di Saudi Arabia. Perubahan peningkatan PMI kesehatan asal Aceh sejak akhir tahun 1990 hingga sekarang tidak mengalami peningkatan signifikan, alias stagnan.Â
Dukungan Pemerintah dan Tokoh Masyarakat
Perluasan informasi peluang kerja dari Pemerintah bukan hanya dibutuhkan. Akan tetapi perlu dukungan pula dari tokoh adat atau masyarakat, khususnya pemuka agama. Sebagai provinsi yang menjunjung tinggi syariat Islam, seharusnya peluang peluang ke Timur Tengah memperoleh sambutan hangat di Aceh. Kenyataannya tidak demikian.
Penulis pernah beberapa kali mengikuti event sosialisasi PMI di Sigli dan Banda Aceh, akan tetapi tidak menghasilkan buahnya. Jangankan ke luar negeri, untuk bekerja di provinsi lain, professional kesehatan Aceh masih harus mempertimbangkan beberapa kali.
Menurut penulis hanya ada 2 perawat Aceh di Timika Papua dan hanya 1 perawat di Makassar. Selama masa Covid-19, entah apa yang melatarbelakangi, sehingga terjadi pelonjatakn tajam jumlah perawat dan bidan Aceh yang bekerja sebagai relawan di Jakarta, yang mencapai angka sekitar 150 orang. Padahal sebelumnya tidak pernah terjadi.
Dengan dukungan pemerintah, baik itu lewat media cetak, elektronik serta pendidikan, akan sangat membantu perluasan informasi, sehingga diharapkan mampu membantu mengatasi kesenjangan sosial ekonomi insan professional kesehatan di Aceh.
Globalisasi Sistem Pendidikan
Yang tidak kalah pentingnya adalah peran sistem pendidikan. Harus kita akui sistem pendidikan kita rata-rata masih berorientasi lokal atau nasional.
Akibatnya, kualitas lulusan hanya sebatas pada pemenuhan kebutuhan lokal. Inilah salah satu faktor terbesar mengapa Bahasa inggris misalnya hanya sebatas dikuasai di tingkat kelas atau bangku kuliah. Jebolan sarjana kesehatan Aceh masih jauh dari harapan professional tingkat global untuk masalah ini.