Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menjelang Akhir 2021, Berdayakan PMI dalam Pemulihan Wisata Indonesia

6 November 2021   19:14 Diperbarui: 6 November 2021   19:26 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Personal Collection. Wisata Balekambang pasca Covid-19/Dokpri

Sebentar lagi kita memasuki tahun 2022, menjelang akhir ini ada sedikit sinyal bahwa Covid-19 bakal menghilang. Kita sudah cukup prihatin dengan hadirnya Corona. Virus Corona varian baru empat bulan lalu menambah angka 11 bulan yang telah berlalu di tahun 2021 seolah makin menipis harapan akan pulihnya berbagai kondisi ekonomi, kesehatan dan kesejahteraan secara umum di dunia. 

Dunia saat ini dihadapkan pada Pandemi yang telah menyebar dengan kecepatan mengkhawatirkan. Covid-19 yang telah menginfeksi jutaan orang dan membuat aktivitas ekonomi hampir terhenti karena negara-negara, termasuk Indonesia, memberlakukan pembatasan ketat pada gerakan untuk menghentikan penyebaran virus ini. 

Dengan bertambahnya jumlah korban kesehatan dan manusia akibat penyebarannya, merambah ke kerusakan ekonomi yang sudah terbukti dan merupakan guncangan ekonomi terbesar yang dialami dunia dalam beberapa dekade. Tantangan kita adalah bagaimana memulihkan ekonomi lewat sektor pariwisata melalui pemberdayaan Pekerja Migran Indonesia (PMI).  

Peneliti Bidang Ekonomi The Indonesian Institute (TII) Muhamad Rifki Fadilah di Harian Republika 28 Juni 2020 lalu, menuturkan bahwa penurunan di sektor pariwisata membawa imbas yang tidak mudah ke sektor-sektor yang menjadi penyokong sektor pariwisata. 

Seperti sektor penerbangan, perhotelan, dan juga sektor makanan-minuman khususnya yang dimiliki oleh UMKM. Menurutnya, tercatat 217 tujuan destinasi wisata yang melakukan kebijakan pelarangan mobilitas, termasuk di Indonesia lantaran adanya kebijakan PSBB dan pelarangan mudik. Merosotnya sektor pariwisata juga membuat kinerja industri perhotelan, khususnya di kota-kota yang mengandalkan permintaan pariwisata bukan hanya turun, namun terjun bebas.

Imbas lainnya bagi Pemerintah Indonesia secara politis adalah adanya Reshuffle Kabinet, di mana Presiden Jokowi mengumumkan perombakan Kabinet Indonesia Maju pada Selasa, 22 Desember 2020, dengan mengganti 6 orang Menteri, antara lain penunjukan Sandiaga Salahuddin Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf). Sandi menggantikan posisi Wishnutama Kusubandio. 

Tidak lain tujuannya adalah demi perbaikan kondisi ekonomi dalam negeri melalui pemulihan sektor pariwisata. Penunjukannya sempat mendapatkan pujian lantaran posisinya sebagai Teknokrat yang tidak tenggelam dalam politik, dari Emil Salim, ekonom senior yang angkat bicara terhadap 4 dari 6 orang Menteri baru dari Kabinet Jokowi (Bisnis.com. 22 Des.2020). Sandi tentu tidak akan bergerak sendiri dalam memulihkan kondisi Wisata di Indonesia.

Jumlah obyek wisata di Indonesia mencapai ribuan, namun kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia bulan Oktober 2020 mengalami penurunan drastis sebesar 88,25 persen dibandingkan dengan jumlah kunjungan pada bulan Oktober 2019. Secara kumulatif (Januari--Oktober 2020), jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 3,72 juta kunjungan atau turun sebesar 72,35 persen jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun 2019 yang berjumlah 13,45 juta kunjungan. Penurunan angka wisman ini tentu saja berdampak pada ekonomi nasional secara umum, dan masyarakat pada khususna Covidya. Oleh sebab itu dibutuhkan langkah-langkah konkrit sebagai upaya penanggulangannya. Di antaranya adalah melalui pemberdayaan Pekerja Migran Indonesia (PMI) di luar negeri.

Data BP2MI (1 Desember 2020) selama tiga tahun terakhir menunjukkan jumlah penempatan PMI kita mengalami penurunan. Pada tahun 2020 lalu penurunannya sangat drastis karen -19, dari 23.942 (tahun 2018), 22.187 (tahun 2019) menjadi 10.395 (2020). Jumlah PMI tersebut ditempatkan di 26 negara, mewakili 26 jenis pekerjaan. 

Dikirim oleh 49 P3MI. Mayoritas professional didominasi oleh non-skilled workers (Domestic worker) yang mencapai angka 7.600 di tahun 2018 (31.7%), 6.409 di tahun 2019 (28.9%) dan 5.794 di tahun 2020 (55.7%). Sedangkan untuk kategori skilled worker (professional) diduduki oleh Caregiver (perawat) yang angkanya mencapai 4.891 (tahun 2018), 4.944 (tahun 2019) dan 2.885 (2020). Tenaga terampil berikutnya namun jumlahnya minim adalah kategori General Worker, Operator dan Construction workers. Negara tujuan PMI terbanyak ke Hongkong, Taiwan, Singapore, Malaysia dan Brunei Darussalam. Lebih dari 90% PMI berlatarbelakang pendidikan SMA ke bawah. Sedangkan yang berpendidikan tinggi (Diploma dan Sarjana) hanya sekitar 2%.

Data di atas menunjukkan kenyataan bahwa pengiriman PMI ke luar negeri hingga saat ini belum menunjukkan kualitas dalam artian pendidikan maupun penghasilan, karena tingkat pendidikan dan keterampilan berbanding lurus dengan perolehan gaji dan tingkat kesejahteraan mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun