Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Stok PCR Numpuk di Akhir Tahun, Mau Diapakan?

4 November 2021   18:20 Diperbarui: 4 November 2021   18:32 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merdeka.com/Iqbal Nugroho 

Yang jadi keprihatinan saya pribadi adalah, tidak semua orang punya duit lebih meskipun naik pesawat. Kadang hanya punya duit yang mepet banget. Namun karena ada kepentingan mendesak, mereka harus terbang. Atau, tidak ada jalan lain, misalnya dari Wamena ke Jayapura, kalau naik darat repot banget.

Bolak-balik test PCR, dananya berapa yang harus dikeluarkan jika dompet tipis? Padahal vaksin sudah dua kali. Jelas tidak ada gejala-gejala terpapar Covid-19. Wajib ya tetap wajib.

Apa tidak ada cara lain selain test PCR di era pasca Covid-19 ini?

Merdeka.com/Iqbal Nugroho 
Merdeka.com/Iqbal Nugroho 

Misalnya, tempatkan dua atau tiga dokter atau perawat di pos-pos pemberangkatan. Membayar mereka ini jauh lebih cost-effective dari pada melakukan PCR. 

Yang penting calon penumpang sudah vaksin. Dengan demikian kita sangat hemat dan tidak memberatkan. Belum lagi berapa ribu hidung yang disogok-sogok. Itu semua trauma dan tidak jarang menimbulkan rasa sakit serta kemungkinan infeksi.

However, sederhananya cara berfikir rakyat kecil kayak saya yang meski buta dengan bisnis raksasa seperti proyek Covid-19 ini, intinya business is business.

Pembelian import reagen untuk test PCR yang mencapai Rp 7.3 trilliun itu tidak main-main. Belum lagi impor 203 ton alat-alat PCR per Agusts 2021, yang terbanyak dari China (idntime.com). Ini bukan dana yang sedikit.

Duit segitu bisa untuk beli laptop beserta perangkat onlinenya untuk 2 kali jumlah guru di Indonesia. Luar biasa kan? Tentu saja pengusaha yang terlibat di dalamnya tidak mau rugi. Makanya harus ada jalan keluar sebelum reagen ini expired akhir tahun ini yang tinggal 7 minggu lagi.

Anyway, yang namanya pengusaha besar pasti punya network global yang luas. Tidak perlu masukan dari saya, mau diapakan sisa reagen tersebut. Misalnya bisa dijual ke Amerika Latin atau ke negara-negara Afrika yang status social ekonominya minimal setaraf Indonesia atau di bawah kita. 

Bisa juga ditawarkan ke Filipina, Vietnam, Bangladesh atau Nepal. Bisa juga sih, kalau mau investasi akhirat, diberikan gratis ke rakyat kita. Dari pada kadaluwarsa mubadzir.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun