Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jangan Cepat Percaya pada Iklan Minyak Goreng

4 November 2021   06:58 Diperbarui: 4 November 2021   07:12 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Makanan tidak harus berminyak juga bisa lezat

Tidak ada yang lebih berharga dalam kehidupan fisik manusia selain kesehatan fisik dan jiwa. Betapapun kaya, jika tidak sehat, maka tidak bakal sanggup menikmati hidup. Banyak orang yang kaya materi, tetapi tidak boleh makan ini dan itu oleh dokter. Sekalipun harta berlimpah, tidak habis dimakan tujuh turunan, jika hidup sakit-sakitan, lantas untuk apa semua ini? Sebaliknya, dalam badan yang sehat, kita akan bisa merasakan sangat kaya. Itulah pentingnya menjaga kesehatan jasmani, juga rohani serta mental.

Saya tidak bermasud  menggurui. Hanya saja sebagai orang kesehatan tidak ada salahnya berbagi, ilmu dan pengalaman.

Di era serba digital yang canggih ini, sebenarnya tidak sulit untuk mendapatkan ilmu serta semua informasi terkait masalah kesehatan. Semuanya bisa diakses lewat internet. Google bahkan lebih pintar dari professor kesehatan di zaman sekarang ini. Sekalipun tidak semuaya bisa didapat di internet atau Google, misalnya pengalaman orang-orang yang belum diungkap terkait rahasia hidup sehatnya.

Sebagai perawat, kami sering ketemu dan ngobrol bareng, membicarakan tentang pengetahuan serta pengalaman masing-masing. Di antaranya terkait minyak. Minyak selalu menarik banyak perhatian karena sebagai bahan utama dalam seni masak memasak setiap hari. Minyak sebagai salah satu bahan utama karena memang enak. Setidaknya untuk sementara di lidah. Selebihnya sama saja.

Ada seorang teman, asal Solo, Jawa Tengah, perawat senior. Mbak Ida namanya, yang lama malang-melintang dalam dunia keperawatan. Saat ini mbak Ida sedang bertugas di United Arab Emirates (UAE), pernah mengatakan bahwa jika ingin cepat sakit, yang banyak konsumsi, Santan atau Minyak Goreng. Keduanya membahayakan jika dikonsumsi berlebihan.

Kedua bahan masakan di atas sangat umum digunakan, bukan hanya dalam lingkungan rumah tangga. Juga di warung-warung, depot, restaurant dari yang kecil hingga yang berbintang lima. Semua masakannya enak jika menggunakan santan atau minyak goreng.

Sambil menulis artikel ini, jujur saja, air liur saya mengalir, ikut merasakan kelezatan masakannya.

Mengapa enak dan lezat? Karena rasanya gurih. Hanya saja kita perlu tahu bahwa santan banyak mengandung karbohidrat yang bisa difermentasi dan menambah berat badan. Santan juga mengandung protein dan gula. Santan ini merupakan salah satu sumber asal pembuatan minyak goreng.

Menurut jurnal Nutrition and Metabolism Research, konsumsi santan yang efektif akan  membantu menjaga kadar kolestrol yang baik (HDL) dalam darah, yang menghindarkan peyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk stroke. 

Namun, penggunaan santan yang berlebihan, karena kandungan lemak dan kalori yang tinggi, bisa mengganggu kesehatan pencernaan (diare, sembelit), mual, muntah dan gangguan kardiovaskuler lainnya dalam jangka panjang.

Minyak goreng merupakan salah satu bahan masakan utama yang banyak tersedia di pasar yang bahan utamanya diambil dari santan. Di sinilah pentingnya memahami penggunaan minyak agar tubuh tetap sehat dan tidak mengalami gangguan sebagaimana yang saya sebutkan di atas.

Penggunaan minyak goreng yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans diketahui bisa meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Inilah akar dari berbagai masalah kardiovaskuler bermula. 

Akibatnya berupa penyakit jantung coroner dan stroke yang saat ini merupakan salah satu penyakit tidak menular sebagai penyebab kematia terbesar di dunia menurut WHO.

Oleh sebab itu, saya pribadi tidak cepat percaya begitu saja dengan aneka iklan minyak goreng. Meskipun tertulis rinci tentang kandungan kolesterol dan vitamin di dalamnya, saya memilih untuk mengurangi konsumsi makanan yang digoreng. Tidak menghindari sama sekali, tetapi kuantitasnya yang saya kurangi.

Apakah mengurangi nikmat makanan?

Bagi saya kenikmatan makanan itu relatif. Sepanjang kita lapar saat makan, makanan akan selalu nikmat. Terutama jika disajikan selagi masih hangat. Ada banyak cara untuk mengurangi konsumsi minyak ini. 

Misalnya dengan cara direbus yang paling sering. Tempe atau Tahu bisa direbus kemudian dipenyet dengan sambal. Ikan bisa dibakar atau dipanggang. Sayur tidak harus dalam bentuk santan atau ditumis yang menggunakan minyak. Tetapi bisa sayur bening. Nikmat juga rasanya.

Kalaupun ada menu yang harus digoreng, pastikan tidak mendominasi. Selalu divariasikan dengan yang rebus. Sejauh mungkin kurangi kuantitas konsumsinya. Ini bisa dijadikan formula kebiasaan sehat.

Dalam jangka panjang, bisa membantu menciptakan hidup sehat. Untuk hidup sehat, bukan hanya olah raga, menghndari stress serta vaksinasi saja selama Covid-19 pandemi ini. Akan tetapi mengurangi santan danmembatasi  konsumsi minyak goreng merupakan cara hidup sehat yang murah dan bijaksana.

Salam sehat......

Makassar, 4 November 2021

Ridha Afzal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun